Yogyakarta, tvOnenews.com - Buntut pernyataan calon legislatif (caleg) dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ade Armando yang menyinggung praktik politik dinasti di Daerah Istimewa Yogyakarta menuai polemik di masyarakat.
Lalu seperti apa pengaruh dari pernyataan Ade terhadap perolehan suara PSI di DIY pada pemilu 2024 ?
Pakar politik UGM, Arya Budi berpendapat, ada efek elektoral dari pernyataan yang disampaikan oleh Ade Armando tersebut.
Apalagi cukup banyak masyarakat yang sebenarnya terganggu dengan pernyataan yang dilontarkan Dosen Fisip UI.
Sebab berdasarkan riset yang pernah ia lakukan, kata Arya, masyarakat DIY setuju dengan konsep pemerintahan yang ada sekarang. Bila dipersentase, angkanya mencapai 75 persen.
"Rata-rata (masyarakat DIY) setuju terkait Keistimewaan DIY dan jabatan gubernur maupun wakil gubernur dijabat secara turun-temurun. Sehingga bukan sekadar menjadi konsensus politik melalui Undang-Undang (UU) Keistimewaan di antara elite legislatif, keraton maupun pemerintahan," kata Arya dihubungi, Rabu (6/12/2023).
"Dari riset tersebut, jika ada tokoh elite politik, pegiat sosial media seperti Ade Armando yang secara konfrontatif berbicara terkait preferensi politik pemerintahan di DIY tentu ada efek elektoralnya," sambungnya.
Menurut pria yang menjabat Dosen Fisipol UGM tersebut, Ade Armando sudah bukan lagi dikenal sebagai buzzer atau sekadar pegiat media sosial melainkan seorang politisi dari PSI. Meski Ade secara pribadi telah menyampaikan permohonan maaf.
"Tapi itu sangat sulit untuk melepaskan statusnya sebagai politisi. Meski sebagian masyarakat tidak mengenal Ade sebagai caleg," ucapnya.
Dengan demikian, efek elektoral terhadap PSI terutama wilayah DIY akan terasa, tergantung dampaknya kecil, menengah atau besar.
"Dugaan saya tidak terlalu tinggi, karena PSI sendiri sejak awal tidak kuat. Jika menggunakan data pemilu sebelumnya PSI tidak lolos threshold 4 persen, angkanya berada di rentang antara 1-3. Bahkan di data survei angkanya dari nol koma sekian sampai maksimal 2 persen." terang Arya.
Di DIY apalagi setahu saya tidak ada wakil di DPRD. Tapi anggota PSI banyak di Jakarta sehingga disebut partai Ibukota. Dari modal elektoral yang gak kuat sehingga gempurannya saya pikir medium," lanjutnya.
Kendati demikian, masa kampanye disebutnya bisa menjadi momentum PSI untuk mengoreksi diri dengan menampilkan politik yang berbeda atau lebih dekat terhadap warga DIY.
"Saya pikir mitigasi tersebut yang akan digunakan sekitar 60 hari masa kampanye hingga menjelang pemungutan suara. Sehingga bisa jadi mereduksi efek merusak dari statement Ade terhadap simpatisan PSI," ungkap Arya Budi.
Disinggung adakah dampak terhadap elektabilitas Prabowo-Gibran, Arya memprediksi tidak berpengaruh. Sebagai informasi, PSI termasuk satu di antara partai politik yang mengusung capres dan cawapres nomor urut 2 tersebut.
Karena melihat respon yang muncul implikasi sebenarnya hanya terlokalisir ke Ade Armando dan PSI. Tidak ada pernyataan dari tokoh elite politik lain di koalisi Prabowo- Gibran terkait hal ini. Kemungkinan mereka akan membisu dan membiarkan isunya menguap.
"Kecuali misalnya elite politik atau pimpinan parpol di luar PSI nimbrung justru akan memberikan dampak isu yang sudah dibakar oleh Ade. Dan ini (pernyataan) pribadi Ade bukan PSI sehingga jika sampai ke suara Prabowo terlalu jauh," ucapnya.
Terlebih di DIY, kontribusi suaranya tidak lebih dari 5 persen. Berdasarkan proporsi populasi pemilih tidak berimplikasi ke elektabilitas capres-cawapres yang diusung PSI.
Usai ada permohonan maaf baik dari Ade Armando maupun PSI tentu akan ada perlakuan politik. Misalnya PSI berkunjung ke paguyuban di keraton atau masyarakat Yogyakarta dengan menguri-uri kebudayaan DIY. Dengan demikian, PSI bukan hanya dipandang partainya anak muda kaum urban tapi partai bagi seluruh lapisan masyarakat. (scp/buz)
Load more