Yogyakarta, tvOnenews.com - Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan, bahwa kader partainya juga mendapatkan intimidasi dari orang yang diduga sebagai pasukan pengamanan presiden (paspampres), selain kekerasan yang dialami warganya usai membentangkan spanduk dukungan calon presiden 03, Ganjar Pranowo.
Dugaan intimidasi terjadi pada Senin (29/1/2024) malam atau sebelum kedatangan Presiden, Joko Widodo (Jokowi) keesokan harinya, Selasa (30/1/2024).
Orang yang mengaku sebagai paspampres meminta untuk menurunkan bendera PDIP.
"Tadi malam (Senin, 29/1/2024), kader PDIP juga diintimidasi untuk menurunkan bendera partai. Lalu, mereka melaporkan ke saya sebagai penanggungjawab partai tertinggi di Gunungkidul." terang Endah dihubungi, Rabu (31/1/2024).
"Akhirnya, saya bertemu dengan 2 orang yang ngaku sebagai paspampres dan saya nyatakan seandainya bendera PDIP yang kami kibarkan dianggap melanggar hukum kami minta beliau yang menurunkan. Namun, beliau tidak mau menurunkan dan meminta kami semua menurunkan bendera," lanjutnya.
Dari intimidasi itu, Endah menjawab tegas bahwa PDIP di masa kampanye tidak melanggar aturan KPU, Bawaslu dan UU Pemilu maka ia pantang menurunkan benderanya. Tapi kalau mereka mau menurunkan bendera ia mempersilakan dan menunggu selama proses penurunan bendera.
Akhirnya dari pihak mereka tidak bersedia untuk menurunkan. Namun ia heran, bendera partai pengusung paslon 02 yang terpasang di wilayahnya tidak ada satupun ketua partainya yang dipanggil seperti dirinya.
Saat insiden warga Gunungkidul membentangkan spanduk dukungan Ganjar di Pasar Argosari kemudian dihadang dan dianiaya oleh Pampampres, Endah membeberkan, semua warga yang bergerombol menunggu kedatangan Jokowi dilihat pakaiannya apakah menggunakan pakaian bergambar paslon 03.
"Karena kami punya rumah aspirasi maka warga yang mengadu sudah kami identifikasi yang pertama mereka bajunya disweeping untuk dicek ada kaus Ganjar atau tidak. Yang pakai diminta pulang, yang tidak pulang diminta jaketnya ditutup," ucap Endah.
Itu artinya, lanjut Endah, Jokowi sedang memposisikan dirinya bukan sebagai presiden karena tidak mau adanya demokrasi yang ada di lapangan entah kehendak dari pengawalnya atau Jokowi sendiri. Sebab, Jokowi tidak suka adanya simbol parpol.
Perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua DPRD Gunungkidul mengecam adanya kejadian ini. Ia menilai demokrasi telah dibungkam setelah pihaknya memenangkan Jokowi selama 2 periode di wilayahnya.
"Saya sebagai Ketua DPC PDIP kecewa dengan Pak Jokowi yang sudah kami dukung, kami perjuangkan menang di Gunungkidul selama 2 periode dengan persentase tertinggi se-DIY. Periode pertama 61 persen dan 73 persen di periode kedua,' kata Endah.
Terlebih saat itu, Endah juga menjabat sebagai Bendahara Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi di Jakarta.
Sehingga pihaknya merasa malu seorang kepala negara yang dibanggakan selama ini ternyata tidak negarawan.
"Kacang lupa akan kulitnya. Lupa sangkan paraning dumadi bahwa beliau (Jokowi) dumadi menjadi presiden sangkan parane dari darah keringat-keringat kami yang ada di Gunungkidul," pungkas Endah. (scp/buz)
Load more