Sleman, tvOnenews.com - Pengamat Politik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Norma Permata menyebut, kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan berlangsung seru.
Elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih mendominasi Pilkada di daerah ini. Akan tetapi, ada sedikit perubahan pada kekuatan politiknya.
"PDIP masih mendominasi seperti di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman namun tidak sedominan dulu. Saya melihat di beberapa tempat seperti Kota Yogyakarta, PDIP bisa maju sendiri 20 persen," kata Norma ditemui di kantornya, Senin (6/5/2024).
Lebih lanjut, ia mengatakan, penurunan ini terjadi seiring elektabilitas Partai Gerindra yang menyusul cukup fantastis. Sebelumnya, Partai Gerindra hanya sebagai partai tengah. Namun di beberapa wilayah, elektabilitas Partai Gerindra menduduki peringkat nomor 2.
Ditambah adanya hubungan yang tidak harmonis antara kelompoknya Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri.
"Kita belum tahu perkembangannya seperti apa. Tapi yang terlihat di pusat yang bermusuhan antara Jokowi dan Megawati. Di tempatnya Jokowi ada Probowo, menjadi terbawa untuk posisinya berhadapan dengan PDIP. Sehingga bisa jadi akan menganggu pola koalisi," tutur Norma.
"Bisa jadi PDIP maju sendiri seperti kasus pencalonan presiden (capres) tapi kemudian akhirnya partai-partai koalisi mereka akan kalah," sambungnya.
Di beberapa wilayah seperti Kabupaten Sleman dan Bantul, kata Norma, calon kepala daerah yang diusung PDIP hanya menduduki posisi wakil bupati maka petahana ketika maju harus mencari kendaraan lain dan itu yang menurutnya menjadi seru.
Namun, dengan prestasi DIY yang memperoleh penghargaan sebagai penyelenggara pemilu terbaik akan bisa meredam hal tersebut.
Adapun, soal nama-nama calon yang sudah mulai bermunculan, nantinya partai politik (parpol) akan melakukan survei yang mana riset ini didanai oleh calon.
"Seperti Bu Sri Kustini belum dapat kendaraan. Karena PDIP ternyata mencalonkan wakilnya Danang Maharsa. Terus PAN mengusung anaknya pak Totok Daryanto. Situasinya tidak bisa dipastikan basisnya partai atau tokoh," terang Dosen Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora tersebut.
Berdasarkan pengalaman Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu, semua orang akan sadar bahwa data riil di lapangan sangat vital.
Dengan demikian, partai-partai akan mendekat terhadap siapa calon yang populer berdasarkan survei. Misalkan seimbang, partai-partai yang merasa masih punya peluang terutama PDIP dan Partai Gerindra akan mendorong lebih jauh. Sedangkan, partai-partai kecil yang memiliki calon menarik namun tidak punya kendaraan akan bergerilya. (scp/buz)
Load more