Selanjutnya, ada empat jemaah dari Kabupaten Sleman yang ditunda keberangkatannya. Di antaranya Sunarko Ngabidan (66) dan pendampingnya, Sujiyem Kromopawiro (65) dari kloter 53 SOC. Penundaan ini karena jemaah prianya sakit jantung dan dirujuk ke RS Moewardi Solo.
Adapun jemaah lainnya dari kloter 48 SOC atas nama Ossy Sugino (70) dan pendampingnya Tuginem Narsasuwito (65). Jemaah tersebut mengalami sakit jantung saat sebelum transit di Bandara Kualanamu Medan karena turbulensi.
Selanjutnya dari Kabupaten Bantul, ada dua jemaah dari kloter 54 SOC yaitu Subiyanti Rejosuwito (58) dan pendampingnya, Shomulyo Sutoikromo (66). Jemaah itu sakit pasca stroke sehingga dirujuk di RS Moewardi Solo untuk observasi kurang lebih 12 hari.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Tim 2 Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag DIY menyebut, penundaan dalam pemberangkatan haji merupakan hal yang biasa. Terlebih kendala ini sering terjadi sejak pemberangkatan jemaah haji kloter pertama asal Indonesia.
Selain faktor kesehatan, juga disebabkan kendala teknis dalam transportasi yang digunakan seperti adanya turbulensi pesawat.
"Kalau yang kloternya kosong karena jemaahnya sakit dapat digantikan dengan jemaah lain dari kloter berikutnya. Dan begitu seterusnya," tutur Basori.
Untuk tahun ini, total ada 3.402 jemaah asal DIY yang berangkat ke Tanah Suci. Mereka terbagi dalam 11 kloter. Dimulai dari kloter 46-53 SOC yang seluruhnya merupakan jemaah asal DIY. Serta kloter 54, 81 dan 100 SOC yang diisi oleh jemaah gabungan dari DIY dan Jawa Tengah. (scp/buz)
Load more