Sleman, tvOnenews.com - Sebanyak 144 negara dari 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui keberadaan Palestina.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi saat mengisi public lecture bertajuk Diplomasi Indonesia untuk Palestina di UGM, Senin (3/6/2024).
Retno yang juga alumni UGM menyampaikan bahwa dari 193 negara yang merupakan anggota PBB, sudah ada 144 negara yang mengakui Palestina termasuk yang baru-baru ini terjadi yaitu pengakuan dari Norwegia, Irlandia dan Spanyol. Itu artinya masih ada 49 negara yang belum mengakui Palestina.
"Most of them are western countries (red: sebagian besar dari mereka adalah negara-negara barat termasuk Amerika Serikat, Australia dan Eropa," katanya.
Retno menyebut, Indonesia adalah salah satu negara yang mengakui Palestina sejak 1988 bersama lebih dari 80 negara lainnya setelah Mantan Presiden Palestina, Yasir Arafat pada 15 November 1988 silam memproklamirkan negaranya sebagai negara.
"Misi saya saat berada di Brussel adalah melakukan agar pemerintah dapat mempertimbangkan untuk mengakui Palestina sesegera mungkin," ucapnya.
"Jika Negara Eropa melalukan maka akan mengirim pesan yang kuat bahwa mereka berpihak pada keadilan dan perdamaian. Mereka mengambil satu langkah maju untuk mempercepat implemetasi two state solution dan sekarang momen yang paling tepat untuk melakukannya," sambung Retno.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Pemerintah Slovenia pada 30 Mei lalu mengumumkan pengakuan terhadap Palestina namun masih menunggu persetujuan parlemen.
Serta dalam pembicaraannya dengan para menteri luar negeri Eropa, ia mengharapkan ke depan akan ada beberapa negara Uni Eropa lain yang akan segera mengakui Palestina.
Berdasarkan data dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia per 7 Oktober 2023, konflik antara Israel dan Palestina menyebabkan 2 juta orang terusir dan ada 196 staf PBB terbunuh. Kemudian, 36.284 orang terbunuh dimana 15.239 orang di antaranya anak-anak. Serta 82.057 orang terluka.
"Juga ditemukan 10 kuburan massal dan semakin minimnya pelayanan medis," imbuh Retno. (scp/buz)
Load more