Yogyakarta, tvOnenews.com - Ribuan warga saling berebut gunungan yang berisi hasil bumi dalam acara Garebeg Besar yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta, Selasa (18/6/2024).
Acara yang rutin diselenggarakan tiap tahun ini dalam rangka memperingati Iduladha 1445 Hijriah.
Pantauan tvOnenews.com di lokasi sejak pukul 09.00 WIB, ribuan warga Yogyakarta maupun wisatawan telah memadati kawasan Keraton Yogyakarta. Dimulai dengan kirab bregada menuju Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta.
Sesampainya di halaman masjid tersebut, utusan dalem keraton membagikan-bagikan uborampe dari lima gunungan kepada warga.
Satu di antaranya, Winia, Warga Yogyakarta rela datang sejak pagi untuk melihat kemeriahan Garebeg Pasar yang mana menjadi kali kedua bagi dirinya melihat acara ini.
"(Datang) dari jam 6 pagi mau ikut seru-seruan aja sih. Ini yang kedua," ucapnya ditemui di lokasi, Selasa (18/6/2024) siang.
Kendati demikian, perempuan usia 24 tahun itu mengaku baru kali ini memperoleh beberapa uborampe berupa rengginang yang dibagikan oleh utusan dalem keraton.
"Baru kali ini dapat dan perjuangan sekali. Walaupun dibagikan masih tetap berebut tapi seru buat kenang-kenangan," ungkapnya.
Senada dengan Winia, Dewi Rona Puspita (28) mengaku dapat uborampe berupa rengginang, kacang panjang dan cabai.
"Rencananya, cabai kutanam di rumah. Kacang panjang dimasak dan rengginang nanti digoreng," ucapnya.
Warga Sleman tersebut selalu tak pernah ketinggalan untuk melihat keseruan ini.
"Setiap tahun, kebetulan hampir sering kesini kalau ada acara gunungan untuk mengambil berkahnya atau momennya," ungkap Dewi.
Foto: Gunungan yang dibawa oleh utusan dalem keraton dalam Garebeg Besar di Halaman Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta, Selasa (18/6/2024). - Sri Cahyani Putri
Bahkan, acara ini juga cukup memikat wisatawan asing yang tengah berwisata ke daerah ini yakni Selena dan Jimmy. Wisatawan asing asal Belgia itu mengetahui acara Garebeg Pasar dari masyarakat lokal. Ia mengaku sangat tertarik untuk melihatnya karena kebudayaan ini tidak ada di negara asalnya.
"Awalnya hanya liburan terus jalan-jalan dan ketemu dengan orang sekitar terus kesini. Disana (negara asalnya) tidak ada sama sekali," kata Jimmy.
Penghageng II KHP Widyabudaya, KRT Rintaiswara menyampaikan Upacara Garebeg Pasar bermakna hajad dalem yakni upacara budaya yang diselenggarakan oleh keraton dalam rangka memperingati hari besar Agama Islam yakni Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dijelaskan, kata Garebeg atau disebut Grebeg berasal dari kata gumbrebeg yang mengacu pada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut.
Adapun, gunungan sebagai simbol perwujudan kemakmuran keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya.
"Jadi makna Garebeg Besar adalah perwujudan rasa syukur atau mangayubagya Idul Adha yang diwujudkan dengan memberikan rezeki pada masyarakat lewat uborampe gunungan yang berupa hasil bumi dari tanah Mataram," jelas Kanjeng Rinta.
Sementara itu, Carik Kawedanan Widya Budaya, KRT Widyacandra Ismayaningrat menambahkan, konsep awal masyarakat yang memperoleh gunungan memang menunggu giliran.
Hal ini melambangkan kesabaran manusia. Berbeda dengan merayah yang kesannya bagi mereka yang kuat akan mendapatkan dahulu.
"Cara membawa dan memberikan uborampe pareden gunungan dengan diemban sebagai wujud penghormatan. Karena uborampe sebagai sedekah raja," tutur Kanjeng Candra.
"Ini wujud hormat dan sopan santun karena utusan dalem mengemban amanah untuk membagikan," sambungnya. (scp/buz)
Load more