Yogyakarta, tvOnenews.com - Profesi jurnalis kerap dihadapkan dengan sesuatu yang di luar prediksi, salah satunya bencana alam. Gempa bumi di Sulawesi Tengah (Sulteng) yang terjadi pada 28 September 2018 silam menjadi contoh.
Seorang jurnalis senior bernama Agus Kismadi mengalami hal tersebut saat menjadi Kepala Stasiun TVRI Sulteng. Gempa bumi dengan magnitudo 7,4 tersebut menghancurkan banyak bangunan di Kota Palu, tak terkecuali kantor di tempatnya bekerja.
Agus yang saat ini berusia 62 tahun menceritakan bagaimana dia harus menyelamatkan layar kaca televisi pasca diguncang gempa. Ia juga berbagai kisah ikut membantu memulihkan trauma para korban gempa bumi melalui cara sederhana.
Saat peristiwa gempa terjadi, ia sebenarnya tengah berada di Jakarta. Sebagai pimpinan, ia kemudian bergegas menuju Palu untuk memastikan kondisi kantor dan karyawannya di sana.
Namun rencana itu tak bisa terwujud karena Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu ditutup lantaran mengalami sejumlah kerusakan. Baru setelah lima hari, bandara dibuka dan ia bisa terbang ke Palu.
Saat sampai di lokasi, ia melihat melihat Palu dalam kondisi gelap gulita.
"Palu gelap kondisinya, benar-benar mencekam karena ada gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi dalam waktu hampir bersamaan. Dan ini baru pertama kali terjadi di Indonesia," kata dia saat menceritakan kejadian pilu tersebut kepada wartawan peserta Uji Kompetensi Wartawan (UKW) fasilitasi Dewan Pers di Yogyakarta, Jumat (28/6/2024).
Load more