"Kami sudah mendapatkan data berapa persen kemiringannya dan sedang kami cocokkan dengan spesifikasi kendaraan ini apakah untuk turunan dan beratnya kendaraan apakah secara teknis aman atau tidak. Kita akan minta data-datanya, berapa energi pengereman dan beratnya kendaraan, berat kosong dan berat penumpang serta muatan yang dibawa sehingga bisa dikalkulasi aman atau tidak melewati jalur tersebut," beber Soerjanto.
Menurut Soerjanto, apabila data yang didapat sepesifikasi kendaraan tidak beresiko, pihaknya akan memberikan rekomendasi untuk bus yang besar harus disiapkan parkir khusus, kemudian ada bus shutle yang lebih kecil untuk membawa penumpang ke lokasi tujuan berikutnya.
Faktor lainnya yang menjadi perhatian KNKT adalan kondisi pengemudi bus. Menurut Soerjanto pihaknya akan memerikasa jadwal penugasan pengemudi bus dalam kurun waktu seminggu hingga sebulan terakhir.
"Kita juga akan melihat pengemudinya, apakah istirahatnya cukup. Kita akan minta data dan schedule penugasan pengemudi seminggu hingga sebulan sebelum kejadian, kapan liburnya, kapan hari kerjanya, berapa jam, akan kita pelajari," jelasnya.
Secara umum beberapa catatan yang diberikan KNKT adalah, dari kemiringan jalan, geometrik jalan, apakah bus aman atau tidak melalui jalur itu. Selain itu dibutuhkan pengemudi yang berkompeten untuk jalur tersebut.
"Kita minta pengelola bus pariwisata kalau dia mendapat order untuk daerah yang ada tanjakan atau pegunungan, kita minta dia siapkan driver khsusus yang berkompeten. Mereka juga harus bisa mengklasifikasikan pengemudinya. Misalnya kelas C hanya bisa di dalam kota, kelas B bisa luar kota tapi kondisi jalanan datar-datar saja, kelas A pengemudi yang bisa naik turun gunung, seperti pilot di papua mereka punya klasifikasi daerah penerbangan" tutup Soerjanto. (Santosa Suparman/Buz).
Load more