"Jadi kalau dimaknai pentas wayang itu merupakan reaksi atau respon dari apa yang terjadi saat ini, saya pikir kurang pas," ungkapnya.
Pentas yang dimainkan pada Jumat pekan lalu disebut Miftah karena permintaan para seniman. Mereka ingin ikut memberikan sumbang saran karena dirinya dianggap peduli dengan seni budaya.
Sementara terkait sajak yang ia bacakan, pendakwah berusia 40 tahun itu mengaku menjadi tanggung jawabnya. Namun ia menjelaskan jika perbedaan pendapat dalam ilmu merupakan hal yang lumrah dan sah-sah saja.
"Persoalan orang berbeda pendapat itu kan lumrah-lumrah saja. Mungkin dalam satu hal saya tidak sependapat dengan Ustad Khalid Basalamah tetapi dalam satu hal yang lain mungkin juga sependapat, yang membesar-besarkan itukan orang-orang yang mencari keuntungan atau mencoba memancing di suasana seperti ini saja begitu," tegasnya.
Gus Miftah juga menampik anggapan jika ia tidak menyukai orang berjenggot seperti dalam sajaknya.
"Ada anggapan saya tidak suka dengan orang berjenggot. Loh dari mana? Saya juga berjenggot, sama gitu loh. Cuma cara pandangnya yang berbeda. Jadi umat juga harus lebih dewasa bahwa memang perbedaan pendapat itu sah gitu loh," pungkasnya. (Andri Prasetiyo/Buz).
Load more