Atus juga mencontohkan Program Kampung Iklim Sangurejo Sleman bersinergi dengan Fakultas Kehutanan UGM bersama Kelompok Sadar Wisata, Sako Sekawan Persada Nusantara (SPN) Sleman, dan LDII DIY menginisiasi Living Museum ProKlim Sangurejo.
Atus menilai pemberdayaan masyarakat lokal dan edukasi seperti Kampung Iklim sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat untuk merubah karakter lebih mencintai lingkungannya agar lebih bersih, hijau dan sehat.
"Bagaimana cara memanen air hujan hingga bisa diminum atau ditabung di dalam tanah melalui biopori, praktek memilah sampah, serta membuat ecoprint dari limbah kulit salak menjadi atraksi museumnya," terangnya.
Sementara Ketua Barahmus DIY, Hajar Pamadi menyambut baik komitmen pemerintah untuk membangun ribuan museum di Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. "Ya ada arahan ya bahwa museum tidak hanya 400 tapi bisa ribuan museum. Apalagi jika di Jogja dikembangkan, yang koleksi-koleksi pribadi bisa diangkat menjadi museum, akan bagus," jelasnya.
Hajar menyebutkan mendukung upaya pemerintah untuk membangun ribuan museum dimana nantinya akan ada penataan terhadap standart museum termasuk ciri khas masing-masing museum.
"Ya kalo Jogja punya ciri khas tersendiri ya, kita memiliki museum terkait pendidikan, banyak ya kan, lalu museum tentang perjuangan, museum budaya, bahkan museum teknologi, dan sekarang muncul museum koleksi pribadi, ada juga misalnya mengenai kampung iklim misalnya, yang kita sebut Museum Serat Holistik Kehidupan," kata Hajar. (nur/buz)
Load more