Gunungkidul, DIY - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan, separuh lahan pertanian di wilayah Kabupaten Gunungkidul menjadi sasaran serangan kera ekor panjang.
"Karena memang di 9 kapanewon tersebut menjadi habitat kera ekor panjang," kata Jayadi, Senin (11/4/2022).
Habitat primata ini, lanjut Jayadi, sebagian besar berada sisi selatan, mulai dari Kapanewon Girisubo, Tepus, Tanjungsari, Saptosari, Panggang, dan Purwosari.
"Di luar wilayah tersebut masih ada Kapanewon Semin, Ponjong, dan Kapanewon Paliyan," imbuhnya.
Menurut Jayadi, upaya penanganan kera ekor panjang memang sulit, karena status dari hewan ini dilindungi selama berada di habitatnya. Di Gunungkidul, kera ekor panjang memiliki habitat di kawasan perbukitan yang jauh dari pemukiman penduduk.
Dengan populasinya yang terus meningkat, tentu saja makin membuat resah petani. Berbagai langkah penanganan yang sudah ditempuh selama ini, terkendala dengan aturan yang ada di BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam).
"Sebenarnya, pengurangan populasi menjadi pilihan yang tepat dan paling masuk akal. Tapi ya mau gimana lagi kalau dari BKSDA tidak merekomendasikan," ujar Jayadi.
Karena benturan aturan tersebut, upaya mandiri yang bisa dilakukan petani hanya sejauh menghalau kawanan kera dari lahan pertanian mereka dengan peralatan seadanya.
"Ada yang memasang jaring yang dibentangkan sepanjang lahan pertanian, ada juga yang menggunakan petasan atau kembang api. Memang hanya sesaat kawanan kera tersebut pergi, namun pasti akan kembali lagi," terang Jayadi.
Jayadi menambahkan, DPP Gunungkidul sering juga menjadi "korban" protes dari petani yang lahan pertaniannya terkena serangan kera. Tapi pihaknya tak bisa berbuat banyak karena adanya benturan aturan. Namun demikian, dampak kerusakannya masih pada tahap wajar.
"Seperti beberapa waktu lalu ada laporan dari petani. Setelah kita konfirmasi ke petugas POPT Tepus kerusakannya tidak separah yang dilaporkan," lanjutnya.
Sementara itu, Kepala DPP Gunungkidul, Rismiyadi, mengakui, bahwa upaya penanganan kera ekor panjang sangat terbatas, mengingat BKSDA tidak merekomendasikan tindakan represif untuk mengurangi populasi.
Meski demikian, pihaknya berupaya mencari cara lain yang bersifat jangka panjang, sehingga kawanan kera tidak kembali menjarah tanaman petani.
"Kami sudah dan masih melakukan program penanaman pohon buah yang bisa menjadi makanan kera di sejumlah kapanewon, yang selama ini terdampak serangan kera," ujar Rismiyadi.
Melalui cara ini, Rismiyadi berharap, akan mampu mengurangi resiko kerugian para petani. (Lucas Didit/Buz)
Load more