Gunung Kidul, DIY - Aksi kejahatan jalanan (klithih) belakangan ini kerap meresahkan warga Yogyakarta dan sekitarnya. Pasalnya, kejahatan ini tidak memilih korban secara spesifik dan siapa pun bisa menjadi korban tanpa alasan yang jelas. Tak jarang, nyawa korban melayang akibat aksi ini.
Kebanyakan pelaku klithih masih duduk di bangku sekolah dan memilih melancarkan aksinya di jam ganjil. Seperti halnya yang diungkapkan Renaldi (19), seorang mantan pelaku kejahatan jalanan yang kini sukses mengelola bisnis internet.
“Sebenarnya, aksi klithih ini berawal dari teman satu geng sekolah yang disakiti oleh anggota geng lain. Tentu, kami sebagai teman tidak terima, dan malamnya setelah menenggak miras, kami berkeliling naik motor untuk mencari pelaku. Kalau ketemu ya kita balas, kalau tidak ketemu pelakunya berhubung sudah terlanjur niat untuk melampiaskan emosi ya paling orang yang ada di jalan saja " kata Renaldi, saat ditemui usai menjadi narasumber di salah satu acara di Dinas Pendidikan Kabupaten Gunung Kidul, Minggu (24/4/2022).
Renaldi mengaku, pertama kali terlibat dalam aksi kejahatan jalanan itu saat berusia 15 tahun dan masih duduk di bangku SMP. Selain karena pergaulan lingkungan sekitar, ia mengaku faktor keluargalah yang menjadi penyebab utama dirinya terjerumus ke dalam aksi klithih.
"Saya sebagai anak kan tetap butuh perhatian dari orang tua, sementara yang saya alami justru sebaliknya. Lalu, saya mendapatkan kenyamanan dan perhatian malah di lingkungan teman-teman.”
Karena pergaulan bebas yang dijalaninya, Renaldi mengaku sejumlah orang pernah menjadi korbannya, mulai dari luka ringan hingga cacat permanen. Aksinya terhenti saat secara tidak sengaja dia melukai korban yang ternyata mengenalinya.
"Ya akhirnya, tak butuh waktu lama, pihak kepolisian menangkap saya dan teman-teman," ujarnya.
Karena perbuatannya, Renaldi dan teman-temannya sempat mendekam di LP Cebongan, sebelum akhirnya dipindah ke Lapas Anak Kelas II B Wonosari, Gunung Kidul.
Ketika menjadi tahanan lapas, Renaldi mendapatkan pelajaran yang membuatnya dan teman-temannya jera.
"Saya dan teman-teman dipukuli oleh warga binaan dewasa. Ternyata, mereka juga tidak suka dengan perbuatan kami," akunya.
Beruntung, selama menjalani hukuman di lapas, dirinya dan teman-temannya mendapatkan pendampingan serta bimbingan dari petugas Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Dinas Pendidikan Gunung Kidul.
Lepas dari hukuman penjara, Renaldi dan ketiga temannya memutuskan untuk melanjutkan sekolah dengan mengambil Paket C di SKB Dinas Pendidikan Gunungkidul.
"Selain pelajaran akademik, saya juga mendapatkan pelajaran budi pekerti dan keterampilan tentang komputer dan internet. Di sinilah saya memutuskan untuk insyaf dan tidak lagi terjerumus ke pergaulan yang tidak bermanfaat seperti yang saya lakukan dulu," katanya.
Saat ini, hari-harinya diisi dengan kesibukan membuat website untuk dijual. Dia pun mengimbau para pelaku kejahatan jalanan agar segera menyudahi aksinya dan kembali ke kehidupan normal. Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa orang tua memiliki peran yang sangat besar bagi seorang anak dalam memilih jalan hidupnya.
Secara terpisah, Kepala UPT SKB Dinas Pendidikan Gunung Kidul, Suharjiyo mengaku bangga dengan kesuksesan mantan anak didiknya, Renaldi saat ini.
"Sejak awal melakukan pendampingan, kami melihat mereka itu sebenarnya anak baik dan cerdas. Hanya saja karena ada permasalahan di dalam keluarga, mereka menjadi seperti itu," kata Suharjiyo. (Ldhp/Ard)
Load more