Setelah lulus Muallimin, Buya Syafii diharuskan mengabdi di pendidikan yang dikelola organisasi Muhammadiyah. Ia kemudian dikirim ke Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mengajar di sekolah Muhammadiyah.
Selepas menyelesaikan masa pengabdian Syafii Ma’rif kembali ke Jawa untuk masuk ke perguruan tinggi. Ia mengambil jurusan sejarah di Universitas Cokroaminoto Surakarta dan lulus dengan gelar sarjana muda (BA). Kemudian melanjutkan kuliahnya ke Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta dan sukses meraih gelar sarjana penuh (Drs).
Buya Syafii meneruskan ke jenjang master dan doktor ke Amerika Serikat, dengan program master di Departemen Sejarah Ohio University dan pemikiran Islam di Universitas Chicago, Amerika Serikat.
Sukses di dunia akademisi, Syafi'i Ma'arif tidak melupakan akan organisasi Muhammadiyah yang telah membimbingnya sejak kecil. Dia pun aktif di organisasi pembaharu Islam ini.
Pada tahun 1998, Buya Syafii menggantikan Amien Rais yang terjun ke politik praktis sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2000. Dalam waktu dua tahun, Syafi'i Ma'arif berhasil membawa Muhammadiyah ke jalur khittahnya.
Kesuksesan itu membuat Buya Syafii terus dipercaya. Pada muktamar Muhammadiyah, muktamirin kembali meminta Syafi'i Ma'arif menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah 2000-2005.
Kini meski tidak lagi menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah, Buya Syafii tetap konsern akan perkembangan Muhammadiyah, Islam, dan Indonesia. Pemikiran-pemikiran Buya Syafii masih dibutuhkan bangsa ini. Terakhir beliau sedang menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).
Load more