Sleman, DIY - Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) terus meluas hingga ke banyak daerah di Indonesia. Meski sudah berlangsung selama satu bulan, tapi wabah yang menyerang ternak khususnya sapi ini belum berhasil diatasi.
Banyak pihak terlibat untuk membantu pemerintah dalam upaya pengendalian wabah PMK. Salah satunya dari Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI).
Ketua AFKHI Teguh Budipitojo mengatakan, pihaknya telah membentuk tim satgas pengendalian PMK serta melakukan skema pengendalian wabah tersebut.
"Skema yang dilakukan di antaranya penanganan jangka pendek berupa kombinasi Stamping Out dan vaksinasi," kata Teguh, Jumat (3/6/2022).
Stamping Out adalah metode pemusnahan secara menyeluruh terhadap ternak yang terkena penyakit tertentu. Stamping Out dilakukan pada daerah-daerah dengan kasus PMK rendah.
"Sedangkan untuk daerah dengan kasus tinggi dan masif dilakukan vaksinasi," terangnya.
Terkait vaksin ini, Teguh mendorong ketersediaan vaksin PMK yang homolog dengan virus lapang. Sekaligus dilakukan tindakan pencegahan penyebaran dengan pembatasan mobilitas ternak, penutupan daerah wabah, dan biosekuriti.
Selain itu, upaya melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi untuk mencegah kepanikan di masyarakat juga perlu ditingkatkan.
"Penghentian lalu lintas ternak, penutupan daerah wabah, dan penyediaan anggaran untuk penanggulangan PMK yang akan digunakan untuk pembelian vaksin, ganti rugi ternak yang terkena Stamping Out dan pengadaan obat-obatan juga menjadi upaya penting mencegah wabah," bebernya.
Dijelaskan Teguh, AFKHI menyerukan kepada seluruh anggota untuk terlibat aktif dalam pengendalian dan penanggulangan wabah di daerah masing-masing. Salah satunya dengan terlebih dahulu membentuk satuan tugas (satgas) penyakit mulut dan kuku di tingkat fakultas atau program studi.
Satgas harus melibatkan organisasi profesi daerah dan berkoordinasi dengan dinas yang membidangi kesehatan hewan setempat. Satuan tugas yang terbentuk kemudian diminta untuk mendukung kegiatan pengendalian dan penanggulangan wabah.
Caranya dengan mengirimkan tenaga dosen dan mahasiswa untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat (PKM) atau program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bekerja sama dengan Balai Besar Veteriner setempat.
"Kemudian melakukan pengobatan ternak dan biosekuriti di daerah wabah, pelayanan kesehatan ternak dan biosekuriti di daerah non-wabah, edukasi peternak dan masyarakat tentang PMK dan pencegahannya, serta bentuk-bentuk kegiatan PKM/MBKM lainnya," papar Teguh.
Khusus menjelang datangnya Hari Raya Idul Adha, pihaknya juga meminta satgas dan tim menyiapkan tata cara penyembelihan hewan kurban yang baik dan benar di tengah merebaknya wabah PMK.
"Mereka harus menyiapkan tata cara penyelenggaraan kurban, dan pelatihan penyembelihan hewan kurban dalam kondisi wabah PMK serta selalu berkoordinasi secara baik dengan instansi terkait di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota," ungkapnya.
AFKHI sendiri saat ini beranggotakan 9 Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dan 2 Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH) yang berada di bawah naungan Fakultas Kedokteran. Mereka adalah FKH Universitas Syiah Kuala, Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis Institut Pertanian Bogor, FKH Universitas Gadjah Mada, FKH Universitas Airlangga, FKH Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, FKH Universitas Brawijaya, FKH Universitas Udayana, FKH Universitas Pendidikan Mandalika, FKH Universitas Nusa Cendana, PSKH Universitas Padjajaran, dan PSKH Universitas Hasanudin.
"Visi dan misi AFKHI adalah memajukan Pendidikan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) di Indonesia secara bersama-sama, sehingga diharapkan, kualitasnya memiliki standar yang sama," pungkas Teguh. (apo/chm)
Load more