Yogyakarta - Anak Komisaris Utama Bank Plat Merah di Jawa Timur, Bryan Yoga Kusuma diduga menjadi korban penganiayaan di Holywings Yogyakarta.
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (4/6/2022) yang mengakibatkan ia mengalami luka yang cukup parah dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
Menurut keterangan keluarga korban, Anung Prajotho mengatakan peristiwa bermula saat Bryan bersama teman-temannya datang ke Holywings Jumat (3/6/2022).
Pada pukul 02.00 WIB, korban diprovokasi oleh seorang dan berujung peda perkelahian di tempat parkir.
"Saatitu, Carmel memanggil temannya yang bernama Leo yang kemudian mengumpulkan seluruh Security, preman, tukang parkir, provost dan PM untuk memprovokasi Bryan Yoga Kusuma," ujar Anung dalam rilisnya dikutip, Minggu (5/6/2022).
Saat perkelahian, Bryan dihajar selama 1 jam lebih oleh sekitar 20 orang dan ada juga oknum polisi yang terlibat.
Usai berhasil dilerai, mereka kemudian dibawa ke Mapolres Sleman dan Bryan bersama temannya mengaku mendapatkan pukulan.
"Saat itu, Albert (teman Bryan) meminta pertolongan dari polisi lain yang berada di Polres, namun hanya dilihat saja dan mereka tidak memberikan pertolongan. Saat itu, identitas dan HP Albert dan juga Bryan disita oleh pihak kepolisian," jelasnya.
Pigak keluarga Bryan baru mendapatkan informasi dari Albert pada pukul 07.00 WIB dan mengatakan Bryan tengah dirawat di RSUD Sleman.
"Pihak keluarga sangat menyayangkan, bahwa tidak seorang pun anggota polisi yang berada di Polres maupun yang terlibat di Holywings untuk memberitahukan peristiwa ini kepada pihak keluarga."
"Bahkan sampai malam hari ini, Sabtu 4 Juni, tidak ada anggota polisi pun yang menghubungi pihak keluarga, sehingga pihak keluarga merasa perlu mengangkat kasus ini agar mendapatkan keadilan," lanjut Anung.
Kapolres Sleman, AKBP Imam Rifai membenarkan hal tersebut dan mengatakan tengah menyelidiki lebih lanjut kasusnya.
"Terkait kejadian itu memang informasinya di Holywings ada TKP pemukulan."
"Kami sedang berproses. Tentunya kita akan posisikan pada tempatnya, jadi para pihak yang memang harus mempertanggungjawabkan terkait kejadian tersebut akan kita minta pertanggungjawaban. Ini lagi berproses, jadi nanti seperti apa hasilnya kita menunggu dari proses tersebut," bebernya.
Dalam peristiwa tersebut diduga ada oknum polisi yang terlibat dalam penganiayaan.
Imam mengaku tidak akan membedakan antara anggota polisi dan warga sipil yang diduga terlibat.
"Ya kita samakan, baik itu anggota (polisi) maupun para pihak yang memang tadi kami sampaikan harus bertanggungjawab terkait dengan kejadian tersebut itu akan kita mintai pertanggungjawaban secara hukum," tegas mantan Kapolres Situbondo tersebut.
Dari peristiwa tersebut, sudah ada beberapa orang saksi yang diperiksa namun belum diketahui jumlah pastinya.
"Yang ada di TKP itu untuk pasti jumlahnya masih perlu dikonfirmasi lagi nanti, yang pasti para pihak itu sudah kita mintai keterangan dan kita pastikan untuk prosesnya, kita luruskan tidak memandang misalnya memang itu ada keterlibatan anggota misalnya, atau pihak-pihak lain yang harus mempertanggungjawabkan terkait kejadian tersebut," urainya.
Terkait kronologi sebenarnya dari peristiwa tersebut, Imam masih belum bisa menjelaskan.
Hal itu lantaran saat ini masih dalam proses pengambilan keterangan dari saksi-saksi yang diduga mengetahui peristiwa tersebut.
"Itu sedang dikonfirmasi. Jadi dari saksi-saksi ini kan menyampaikan sekarang sedang berproses untuk pengambilan keterangan itu, nanti hasilnya tentu kan kita perlu dari para pihak, baik itu misalnya saksi-saksi yang ada di TKP maupun bukti-bukti yang lain yang mendukung keterangan itu untuk mengarahkan penyelidikannya ke arah mana," pungkasnya. (Apo) (Ree)
Load more