"Teknologi 3D printing biasa itu menggunakan plastik, kalau dalam teknologi 3D printing konstruksi ini kita menggunakan bahan dari semen campuran dengan pasir dan juga air dan beberapa bahan adiktif," ujar CEO Autoconz yang membangun rumah tersebut, Raja Rizqi Apriandy.
Dijelaskan Raja, teknologi tersebut terdiri dari beberapa elemen. Mulai dari elemen material, elemen mesin, elemen software, dan elemen teknik konstruksi.
"Elemen mesin panjangnya 10 meter, lebarnya 10 meter dan tingginya 5 meter. Bisa membangun rumah hingga tipe 49 meter persegi dengan tinggi 5 meter. Mesin ini masih bisa diperluas dan diperlebar menjadi 20x20 meter sehingga rumah yang dibangun menjadi lebih luas," bebernya.
Teknologi yang ia ciptakan ini diklaim memiliki keunggulan dibanding dengan membangun rumah secara konvensional. Selain pengerjaan yang lebih cepat, biaya yang dikeluarkan juga lebih hemat.
Raja mencontohkan, untuk membangun rumah tipe 36 secara konvensional dibutuhkan waktu antara 1,5 - 2 bulan. Sedangkan jika menggunakan teknologi 3D printing, waktu yang dibutuhkan maksimal hanya selama 3 pekan.
Sementara dari segi biaya, bisa memangkas kebutuhan biaya hingga 30 persen.
"Karena di konstruksi itu time is money, makin lama kita di lapangan maka makin mahal pula biayanya. Kita memotong di situ bisa 10-15 persen, ketika optimal bisa sampai 30 persen," terangnya.
Load more