Yogyakarta, DIY - Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama GKR Hemas, menerima kunjungan Presiden Republik Federasi Jerman Frank-Walter Steinmeier beserta rombongan, Jumat (17/06) sore.
Presiden disambut Sri Sultan di Regol Danapratapa, Kompleks Srimanganti, Keraton Yogyakarta, setelah sebelumnya disambut putra serta menantu Sri Sultan yaitu GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, KPH Purbodiningrat, dan KPH Notonegoro di Regol Kamandungan Lor.
Selama berada di Keraton, Presiden Steinmeier dijamu dengan menyaksikan benda-benda koleksi Keraton di Emper Gedhong Prabayeksa, Beksan Lawung Ageng di Tratag Bangsal Kencana, dan menikmati suguhan kopi, teh, serta makanan ringan khas Keraton di Bangsal Manis.
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, putri sulung Sri Sultan mengatakan, Presiden Jerman telah melihat secara dekat beberapa koleksi batik, wayang kulit, barang pecah belah milik Keraton, serta manuskrip.
Lanjutnya, saat menikmati tarian, istri KPH Wironegoro itu menyampaikan bahwa Presiden terpukau, karena tak menyangka Yogyakarta memiliki tarian dengan karakteristik yang semarak atau rancak seperti halnya Bali.
"Beliau apresiasi tentang tariannya, karena lawung itu kan musiknya semarak ada terompet, drum beliau berpikir kalau yang rancak itu hanya di Bali gitu. Termasuk bertanya tentang tarian perang, kemudian tadi sudah dijelaskan bahwa lawung itu untuk wedding," ujarnya.
Beksan Lawung sendiri merupakan tarian pusaka ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono I yang menggambarkan adu ketangkasan prajurit saat berlatih tombak dan berkuda. Oleh karenanya, gerakan-gerakannya mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin.
Tak hanya itu, Presiden Jerman bersama Sri Sultan juga juga membahas soal Keistimewaan Yogyakarta dan masalah lingkungan mengingat di Jerman memiliki teknologi dan riset yang maju terkait pengelolaan lingkungan.
"Intinya tentang keistimewaan Jogja kemudian tentang lingkungan karena di Jerman itu punya teknologi dan riset yang cukup bagus untuk environment. Kami ingin kolaborasi penataan permasalahan lingkungan di Yogyakarta," imbuh Gusti Mangku, sapaannya.
Lebih lanjut soal keistimewaan, kedua belah pihak banyak membahas soal warisan budaya karena di Jerman maupun Yogyakarta sama-sama peduli dengan warisan budaya terutama terkait tentang arsitektur.
"Lebih kepada kami menjaga warisan budaya di Jogja karena di Jerman banyak kepedulian tentang warisan-warisan budaya, rumah-rumah ataupun bangunan kuno."
Rombongan Presiden selanjutnya meninggalkan Keraton pukul 17.15 WIB untuk melanjutkan kunjungan terakhir sebelum kembali ke Jerman yakni di Jogja National Museum (JNM), Wirobrajan, Yogyakarta.
Selain Keraton dan JNM, pagi harinya Presiden Steinmeier juga mengunjungi Candi Borobudur dan Universitas Gadjah Mada. Adapun penyambutan kenegaraan sendiri telah dilakukan Presiden RI Joko Widodo di Istana Bogor, Kamis (16/06) pagi. (Nur/Buz)
Load more