Yogyakarta, DIY - Harga kebutuhan pokok di Kota Yogyakarta yang semakin fluktuatif, dan tidak kunjung stabil, mendapat keluhan dari para pelaku usaha kuliner. Alhasil, putar otak harus ditempuh, agar omzet tetap konsisten mengalir.
"Artinya, yang kami lihat itu, orderan banyak, tapi untungnya yang didapat tidak seberapa, karena harga bahan baku yang tak bisa diprediksi, fluktuatif," katanya, Kamis (14/7/2022).
Menurutnya, meski persentase anggota PHRI lebih dominan restoran kelas atas, hingga segmen pariwisata, pihaknya pun harus memperhatikan restoran-restoran kecil yang sekarang eksistensinya terancam, akibat naik turun harga bapok.
"Jadi, yang terpengaruh itu teman-teman kita yang memiliki pangsa pasar menengah ke bawah. Misalnya warung-warung makan yang jual lauk pauk harian. Tentu, mereka harus bisa bertahan, dengan trik dan kreativitasnya," ungkapnya.
Misalnya, dengan mengatur ulang takaran porsi jual, atau menerapkan sistem paket. Dengan sistem tersebut, jelasnya, pelaku usaha memang memperoleh keuntungan yang lebih sedikit. Namun, kuantitas yang terjual berpotensi naik.
"Ya, meski selisihnya tidak terlalu banyak, kalau itu menarik pembeli, dan kuantitas yang terjual lumayan naik, otomatis keuntungan yang didapat semakin terasa," terangnya.
"Lalu, bahan baku juga bisa agak di-dowm grade, ya, kalau restoran yang menengah ke bawah tidak terlalu berpatokan pada bahan baku tertentu kan itu," pungkas Aldi. (Nur/Buz).
Load more