Bantul, DIY - Kabupaten Bantul, Yogyakarta, memiliki banyak pembatik yang selama ini menjadi tulang punggung kerajinan batik. Sebagian besar pembatik berusia di atas 50 tahun bahkan banyak yang sudah lanjut usia.
Untuk tujuan tersebut, Padukuhan Gunting, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Bantul meluncurkan program Edu Wisata Pembatik Cilik, Kamis (1/9/2022). Program ini untuk menjawab keprihatinan terhadap regenerasi batik yang saat ini mulai punah.
Kepala Dukuh Gunting Tumilan mengatakan, program Edu Wisata Pembatik Cilik merupakan salah satu upaya untuk memperbanyak generasi pembatik masa depan. Padukuhan Gunting selama ini dikenal sebagai salah satu kampung dan sentra batik di Kabupaten Bantul.
“Kami mencoba mencetak generasi penerus yang akan melestarikan batik dimasa datang. Oleh karena itu selain di sekolah ada pelajaran membatik namun kami juga membuat wadah untuk lebih mendalami batik. Sebab alokasi waktu di sekolah tidak banyak sehingga perlu penambahan waktu dan tempat dan kami menyediakan," ungkap Tumilan, Kamis (1/9/2022).
Tumilan menambahkan regenerasi pembatik menjadi salah satu hal yang penting dalam upaya melestarikan batik kedepan. Pada acara launching Edu Wisata Pembatik Cilik sudah terdaftar 320 siswa SD, SMP dan SMA yang mengikuti pekatihan membatik.
Sementara itu jumlah pembatik di Padukuhan Gunting tinggal 50 orang padahal awalnya jumlahnya mencapai ratusan. Padukuhan Gunting merupakan sentra batik tertua di Bantul.
“Regenerasi pembatik memang sulit karena profesi pembatik jarang diminati oleh generasi muda. Profesi ini butuh ketelatenan dan kesabaran karena corak batik cukup sulit dan kompleks. Untuk itulah perlu ditanamkan rasa cinta terhadap batik sejak dini,” ujarnya.
Saat ini, kerajinan Batik di sentra batik Gunting Gilangharjo Pandak Bantul sudah mulai menggeliat pascapandemi Covid-19. Masyarakat mulai memproduksi kembali meski belum normal. Batik dari Gunting Gilangharjo berupa batik tulis, cap dan kombinasi yang hasil produksinya sudah tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.
Sebagian besar pembatik di Dusun Gunting berusian lanjut. Salah satu pembatik Kati (60) mengaku telah membatik sejak kelas 6 SD. Dulu sewaktu muda jumlah pembatik di kampungnya cukup banyak dan kini tinggal beberapa orang yang masih bertahan. Kati mengatakan penghasilannya sebagai pembatik memang tidak besar. Saat ini ia hanya mendapat upah sebesar Rp40.000 perhari dengan makan sekali.
" Nggih ( ya ) dari pada menganggur tanpa pendapatan, membatik di rumah seperti ini bisa untuk tambah - tambah penghasilan," katanya.
Diharapkan dengan adanya Edu Wisata Pembatik Cilik ini akan melahirkan generasi pembatik - pembatik masa depan yang akan melestarikan dan mengembangkan batik dimasa mendatang. (Ssn/Buz)
Load more