Dengan sabar dan telaten, mereka perlahan-lahan menggoreskan malam yang disiapkan ke atas kain. Kain batik sepanjang 20 meter itu dibuat berjejer di pedestrian Malioboro dilengkapi dengan pewarna, cat, malam, kompor beserta cantingnya.
Adapun motif batik yang disediakan merupakan motif yang kadung dikenal oleh banyak orang misalnya motif parang atau kawung. Dengan coraknya yang tidak terlalu banyak dan detail, membuat pengunjung tidak terlalu sulit untuk membatik.
"Motifnya hanya yang biasa ada parang dan kawung. Ini kan hanya dasar saja karena memang tujuannya edukasi jadi pengunjung sudah relatif tahu. Harapan kita Jogja sebagai kota batik dunia bisa mengenalkan batik kepada lebih banyak orang," kata Yanuar.
Sementara seorang wisatawan asal Jakarta, Fani (25) memyebutkan membatik ternyata tidak semudah seperti yang ia bayangkan.
"Kaget aja.. tapi pastinya seru banget yaa, eh pas ke Malioboro ada kegiatan hari batik, tapi ya ini baru pertama kali saya membatik... ya saat menggores warna batik memang butuh ketelitian dan hasilnya masih berantakan banget," ucapnya bersemangat.
Sebagai generasi muda, Fani juga mengapresiasi kegiatan budaya di Malioboro. Ia berharap batik tetap menjadi ikon pariwisata di Yogyakarta. Kegiatan ini juga memberi edukasi bagi wisatawan yang berkunjung.(nur/chm)
Load more