"Selama ini sineas lokal mengalami kesulitan berkembang karena kurangnya dukungan dan platform untuk memutar karya-karya yang dibuat. Persoalan itu mestinya tak perlu terjadi karena keterlibatan sineas lokal dalam membuat film berbasis kearifan lokal sangat memungkinkan di tengah perkembangan era digital yang sangat cepat," ungkapnya.
Sementara Sutradara Hanung Bramantyo menyebutkan hanya konsistensi dari para sineas dan pelaku perfilman termasuk FlipFlopTV seharusnya bisa menjadi kanal untuk menjadikan dunia film dalam negeri bisa berbicara banyak untuk menyampaikan pesan termasuk mengangkat local wisdom dan problematika di wilayahnya masing-masing.
" Bagi pembuat filmmaker, sineas, konten kreator, yang secara konsisten yang misalnya membuat film pendek, series, dengan konten-konten yang bertema local wisdom, ya terutama film-film yang menggunakan bahada daerah, kemudian problem-problem di masing-masing daerah," ungkapnya.
Hanung meyampaikandengan adanya platform FlipFlop seperti ini bisa membuka perhatian luas masyarakat.
"Nah karena ini sebagai platform berbasis modal sekaligus bisnis sinema, yang juga penikmat film berbayar, maka wajar saja jika publik mengharapkan tayangan yang bagus, yang bermutu dan pembuat konten film juga harus bertanggungjawab membuat karya yang match dengan permintaan pasar," ungkap Hanung.
Hal lain disampaikan Djenar Mahesa Ayu, bahwa saat ini budaya terus berkembang menyesuaikan jaman dimana saat ini pasar bisa dibentuk. Begitu juga dunia film yang menurutnya harus berevolusi.
"Pasar bisa dibentuk, sebelum platform ini ada seniman kreator juga telah mengupayakan, misal bioskop, tapi tidak semua film dapat tempat, lalu ada film festival, komunitas, sekarang ada pergeseran. Jika dulu film festival biasanya idealis, sementara di bioskop entertaining, nah era sekarang tidak semata seperti itu," ungkapnya
Load more