Jakarta, - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore kembali melemah dipicu kenaikan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat.
"Yield menguat setelah data penjualan ritel AS menunjukkan kenaikan 1,7 persen pada bulan Oktober dibandingkan bulan sebelumnya, melebihi ekspektasi 1,2 persen dan data bulan sebelumnya yang mencatat kenaikan 0,8 persen," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut Ariston, kenaikan penjualan ritel tersebut mendukung kenaikan inflasi yang disebabkan tingginya konsumsi. Skenario percepatan kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS The Fed pun terbuka.
"Yield tenor 10 tahun bergerak naik ke kisaran 1,64 persen dan mendorong penguatan dolar AS," ujar Ariston.
Dari dalam negeri, jumlah kasus harian COVID-19 pada Selasa (16/11) kemarin mencapai 347 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,25 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 15 kasus sehingga totalnya mencapai 143.685 kasus.
Adapun untuk jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 515 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,1 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 8.339 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 131,29 juta orang dan vaksin dosis kedua 85,37 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.240 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.231 per dolar AS hingga Rp14.279 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke posisi Rp14.259 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.211 per dolar AS.
Load more