Di sisi lain, upaya pencapaian target produksi gas sebesar 12 BSCFD juga membutuhkan dukungan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia. Ketersediaan infrastruktur yang mampu menjangkau seluruh wilayah memungkinkan gas alam yang diproduksikan oleh lapangan-lapangan migas di Indonesia bisa terserap secara optimal untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Apalagi, beberapa proyek strategis nasional dijadwalkan sudah mulai berproduksi sebelum 2030, yakni Tangguh Train 3, Indonesia Deepwater Development (IDD), dan Abadi Masela. Dari ketiga proyek tersebut, total investasi mencapai US$38,58 miliar dengan penambahan produksi minyak sebesar 65.000 barel per hari dan gas sebesar 3.644 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
“Saat ini, alokasi gas untuk domestik sudah mencapai 65% dari total produksi gas, sesuai dengan kebutuhan pengguna gas domestik. Seiring dengan peningkatan produksi gas di masa yang akan datang, tentu diharapkan ada pertumbuhan kapasitas industri pengguna gas sehingga gas dapat dimanfaatkan untuk dalam negeri mendukung pembangunan”, imbuh Dwi.
Investasi pada proyek-proyek pengembangan gas alam perlu ditingkatkan untuk menjamin ketersediaan suplai gas bagi pasar domestik.
“Daya tarik investasi di sektor hulu migas di Indonesia sebenarnya sudah membaik, namun masih ada hal-hal yang harus terus diperbaiki,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto.
Pada 2024, investasi untuk pengembangan lapangan gas ditargetkan sebesar US$8 miliar atau 50 persen dari target total investasi di sektor hulu migas yang mencapai US$16 miliar. Pada tahun-tahun berikutnya, nilai investasi gas ditargetkan terus mengalami kenaikan hingga mencapai US$12 miliar pada 2030.
Saat ini, penemuan cadangan migas baru serta persetujuan plan of development (POD) di dominasi oleh gas, sehingga pengembangan proyek baru kedepan akan lebih mengarah ke gas.
Load more