Bogor, tvOnenews.com - Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan puncak dari El Nino atau fenomena kekeringan pada bulan September ini akan terasa dampaknya 6-9 bulan ke depan.
Dampak dari kekeringan ini pun dikatakan Josua akan mempengaruhi sulitnya mencapai target inflasi negara, yang dipatok pada angka 2,8 persen pada 2024.
“Asumsi inflasinya kan tinggi sekali di 2,8 persen jadi tentunya ini harus dicermati bersama bahwa ada tantangan khususnya datang dari inflasi domestik yang akan dipengaruhi oleh fenomena El Nino,” ujarnya, saat Media Gathering Kementerian Keuangan, Bogot, Jawa Barat, Senin (25/9/2023).
“Karena kalau kita melihat di sini sampai dengan bulan Agustus ini relatif terkendali dan kita harapkan sampai akhir tahun normalisasi dari inflasi harga diatur pemerintah juga akan kembali normal. Sehingga ada potensi inflasi tahun ini kemungkinan bisa sedikit di bawah 3 persen,” sambung dia.
Sementara itu, menurut kajian yang dia paparkan tantangan tahun depan karena dampak El Nino ini akan berdampak pada pangan berupa beras, gandum, dan lain-lain.
“Puncak dari El Nino ada kecenderungan tren inflasi pangan itu akan memuncak 6-9 bulan dari puncak El Nino itu terjadi. Untuk beberapa komoditas ada beras, gandum, gula, kopi, jadi ada lag tim cukup bervariasi dari beberapa kejadian El Nino sebelumnya,” jelas dia.
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah untuk waspada terhadap kenaikan inflasi karena dampak El Nino pada tahun 2024, terutama sektor beras yang paling berisiko terkena dampak kekeringan.
“Artinya kemungkinan besar kita bisa lihat akan ada tren meningkat inflasi itu di pertengahan tahun depan. Karena di sisi ada lag time untuk penyesuaian waktu puncak El Nino kepada inflasi pangan itu sendiri,” tandas dia. (agr/muu)
Load more