Rembang, Jawa Tengah - Produsen tempe di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mengeluhkan harga kacang kedelai impor yang terus naik.
Salah satu produsen tempe di Desa Sumberejo, Rembang, Sutini, mengaku terpaksa menjual satu ikat tempe berisi 10 bungkus dengan harga tetap Rp 4.000. Sutini kawatir jika harga dinaikkan, pembeli akan beralih ke produsen tempe lainnya.
Selain itu, Sutini juga sudah beberapa kali nyaris menutup usahanya akibat harga kedelai impor yang terus mengalami kenaikan.
“Saat ini harga kacang kedelai impor mencapai Rp 9.700 per kilogram, sebelumnya harga kedelai impor hanya Rp 7.000 per kilogramnya,” kata Sutini, jumat ( 26/11/2021).
Meski sudah mengurangi ukuran tempe, Sutini mengaku keuntungan yang didapatkan tidak seberapa hanya sekedar untuk mempertahankan usahanya agar tidak sampai tutup.
“Dengan naiknya harga kedelai import ini, Pendapatan saya menurun, keuntungan yang saya dapatkan saat ini tidak seberapa, hanya sekedar untuk mempertahankan usaha agar tidak sampai tutup,” keluh Sutini.
Para produsen tempe di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sangat terdampak dari kenaikan harga kacang kedelai impor saat ini.
Harga kedelai impor secara bertahap terus mengalami kenaikan dimasa pandemi Covid-19.
Dari yang awalnya sekitar tujuh ribuan rupiah per kilogram, kemudian terus mengalami kenaikan hingga sekarang hampir menyentuh harga sepuluh ribuan rupiah per kilogram.
Naiknya harga kedelai import ini praktis mempengaruhi biaya produksi tempe yang berbahan baku kacang kedelai.
Biaya produksi membengkak dan keuntungan produsen tempe pun semakin menipis dan terancam merugi jika hasil produksi tempe tidak habis terjual.
Sutini berharap pemerintah turun tangan menstabilkan harga kedelai import yang terus mengalami kenaikan, agar usaha para produsen tempe skala rumahan bisa tetap berproduksi.
“Saat ini konsumsi masyarakat terhadap tempe masih tinggi, jika harga tetap tinggi maka dijamin minat masyarakat terhadap tempe akan berkurang. kami berharap pemerintah segera mengambil tindakan terhadap kenaikan harga kacang kedelai import,” pungkasnya. (Abdul Rohim/Buz)
Load more