Boyolai, Jawa Tengah- Dampak pandemi covid-19 sangat dirasakan oleh para perajin busana tari topeng ireng di wilayah lereng Gunung Merbabu di Boyolali, Jawa Tengah.
Salah satu perajin busana tari topeng ireng yang berada di Dukuh tarusari Rt.09 Rw.04, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah Sukardi(40), mengaku sejak bulan ketiga masa pandemi hingga saat ini omset usahanya terus mengalami penurunan.
“Sebelum pandemi permintaan datang dari berbagai daerah di tanah air seperti papua dan kalimantan timur,”kata kardi saat ditemui tvonenews.com dirumahnya senin (6/11/2021).
Padahal, kata Kardi yang juga mempunyai Sanggar Seni Tari Kridho Mudho , sebelum masa pandemi hampir setiap bulan ada lima set pesanan busana tari topeng ireng, namun mulai bulan ketiga dimasa pandemi pesanan terus merosot sebulan hanya dua set, kadang cuma satu pesanan.
“Saya usaha sejak tahun 2010, dan untuk harga busana tari topeng satu set yaitu Rp.1.200.000 meski harga juga belum naik namun pesanan tetap sepi,”ucapnya.
Kardi menjelaskan bahwa dalam mengerjakan pesanan dirinya dibantu anggota sanggar seni tarinya, selain membuat busana tari topeng ireng, dirinya juga membuat aksesoris untuk kelengkapan tari topeng ireng.
“untuk harga aksesoris lainny kulok atau mahkota Rp.500.000, Badong dan Sompyok harganya Rp.700.000,”tandasnya.
Tari topeng ireng atau reog topeng ireng ini merupakan sebuah tarian rakyat yang berkembang di lereng gunung Merapi dan Merbabu, khususnya di daerah Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Karena tarian ini menggambarkan tradisi kehidupan masyarakat lereng gunung yang sangat dekat dengan alam.
Tarian topeng Ireng biasanya dipentaskan saat ada acara tradisi yang digelar warga lereng gunung Merapi dan gunung Merbabu, namun saat ini tarian ini sering dipentaskan dalam acara acara biasa, seperti karnaval kemerdekaan, acara peresmian gedung atau tradisi bersih desa. (Agus Saptono/Buz).
Load more