Jakarta, tvOnenews.com - Buntut setelah fenomena masyarakat makan tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, daya beli masyarakat, khususnya kelompok masyarakat menengah ke bawah, mulai membaik.
Lanjut, Perry menjelaskan, daya beli masyarakat dapat dihitung dengan menjumlahkan tingkat kenaikan pendapatan dikurangi tingkat inflasi, khususnya dari kelompok makanan.
Apabila kenaikan pendapatan lebih rendah dari inflasi, maka daya beli masyarakat melemah, begitupun sebaliknya.
"Oleh karena itu, salah satu tujuan mengendalikan inflasi pangan adalah mempertahankan daya beli," ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (21/12/2023).
Perry mengakui, pada Juli lalu laju inflasi komoditas pangan sempat melesat. Bahkan, kenaikannya melampaui level 10 persen.
Akan tetapi, dengan berbagai upaya yang telah dilakukan BI bersama pemerintah, laju inflasi pangan kian melandai.
Bahkan, selama beberapa bulan terakhir tingkat inflasi pangan sudah berada di bawah 4 persen.
"Bulan lalu inflasi pangan di bawah 4 persen. Dari 11,3 persen turun drastis menjadi di bawah 4 persen," kata Perry.
"Itu artinya apa? Itulah perbaikan daya beli. Khususnya bagi masyarakat berpenghasilan bawah dan menengah," sambungnya.
Dengan inflasi yang terjaga di bawah 4 persen, Perry bilang, kenaikan pendapatan sebesar 5 persen sudah dapat menjaga daya beli masyarakat.
Bank sentral meyakini, inflasi akan terjaga hingga penghujung tahun ini.
Ke depan, upaya menjaga inflasi akan terus dilakukan BI. Perry menekankan, langkah itu merupakan salah satu upaya bank sentral menjaga daya beli masyarakat.
"Kalau inflasi pangan di bawah 5 persen, maka di kalangan bawah ada perbaikan daya beli," kata Perry.
Sebagai informasi, daya beli masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah, dinilai sejumlah pihak tengah melemah. Masyarakat pun mulai menggunakan uang tabungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Hal itu tercermin dari penurunan rata-rata tabungan masyarakat di bawah Rp 100 juta. Rata-rata tabungan di golongan ini hanya berkisar Rp 1,9 juta.
Jumlah tersebut turun drastis dibanding periode 2018. Pada saat itu, rata-rata tabungan kelompok di bawah Rp 100 juta berada di kisaran Rp3 juta. (aag)
Load more