Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Perdagangan (Mendag) RI, Zulkifli Hasan atau akrab disapa Zulhas mengatakan para eksportir senang atas kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat.
Namun di sisi lain, dia mengatakan pelaku importir justru akan teriak karena nilai rupiah anjlok.
"Memang ada dua sisi kalau yang eksportir senang ya kan, cuma yang importir teriak gitu," ujarnya, di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Kamis (25/4/2024).
"Nah, mengatur tengah-tengah itu lah kira-kira akan dilaksanakan oleh yang memiliki otoritas," sambungnya.
Imbas kenaikan nilai tukar dolar akan berdampak dari sisi pakan ternak impor. Masyarakat pun khawatir harga ayam akan naik, namun Zulhas menegaskan untuk pakan ternak sejauh ini tidak terdampak.
"Ya, sekarang kan pakan itu jagung kuncinya. Karena 50 persen itu kan jagung, jagung kita udah panen berlebih. Ya, udah berlebih panennya. Jadi, saya tidak begitu khawatir mengenai itu," ungkap Zulhas.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah ke dolar Amerika Serikat kian melemah, kini 1USD setara dengan Rp16.209,30.
"Tentu akan ada kenaikan ya, tapi presentase dari pakan itu kan separuh saja sudah produksi dalam negeri," tandas dia.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, nilai tukar rupiah akan terus ada di level Rp 16.000 per dolar AS hingga kuartal III-2024. Rupiah diperkirakan baru akan ada di Rp 15.000 pada kuartal IV-2024, tepatnya di posisi Rp 15.800 per dolar AS.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan pada kuartal II-2024 ini rupiah diproyeksikan akan stabil di level Rp 16.200 per dolar AS, dan Rp 16.000 per dolar AS pada kuartal III-2024.
"Kami meyakini rupiah akan tetap stabil di sekitar Rp 16.200 di kuartal II ini, dan akan menguat ke arah rata-rata Rp 16.000 di kuartal III, dan bahkan akan menguat rata-rata Rp 15.800 pada kuartal IV-2024," kata Perry dalam konferensi pers Rabu, 24 April 2024.
Perry menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate pada April ini sebesar 25 basis poin (bps) menjadi Rp 6,25 persen dilakukan untuk stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini seiring dengan meningkatnya risiko global. (agr/aag)
Load more