"Untuk Fed Fund Rate (suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat) 5,5 persen, tadinya pelaku pasar memperkirakan akan ada penurunan, bahkan paling optimis penurunannya sampai enam kali pemotongannya," ungkap dia.
"Namun harapan itu harus direvisi dengan data dan pernyataan dari the Fed, dengan situasi ini terlihat pergerakan yield US Treasury yang masih meningkat dan juga dolar indeks yang meningkat. Kalau dolar kuat mata uang negara lainnya akan melemah," tegas dia.
Sebagai informasi, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) pada bulan ini ke level 6,25 persen untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Eks Direktur Eksekutif Bank Dunia ini menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diproyeksi pada level 5,0 persen. Sementara itu, pada tahun 2025 Sri Mulyani mengatakan IMF memprediksi ekonomi Indonesia 5,1 persen.
"Situasi global yang cenderung melemah dan tekanan yang bertubi dari harga komoditas, inflasi, dan suku bunga tentu akan memengaruhi kinerja seluruh dunia terutama manufaktur. Indonesia masih dalam situasi ekspansif dan pada level yang cukup baik," tutup dia. (agr/rpi)
Load more