Jakarta, tvOnenews.com - Isu rencana digantinya bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke Pertamax Green 95 dibantah oleh Pertamina.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Ahad Rahedi menjelaskan bahwa penjualan produk Pertamax Green 95 memang sudah dilakukan sejak 10 bulan lalu di Jawa Timur.
Pertamax Green 95 adalah produk baru Pertamina yang dikhususkan untuk segmentasi kendaraan yang mengkonsumsi BBM dengan RON 92 ke atas.
Produk Pertamax Green 95 mengandung sebagian senyawa nabati yakni etanol yang berasal dari molase tebu produksi PT Enero, Anak Usaha PTPN, sehingga selain ramah lingkungan juga sebagai dukungan pemberdayaan petani lokal.
"Bukan menggantikan Pertalite tapi melengkapi varian Oktan BBM pada Gasoline yang selama ini pasarnya dikuasai kompetitor," ucap Ahad dikutip pada Jumat (10/5/2024).
Ahad menegaskan, seluruh SPBU di Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara masih menyalurkan Pertalite sesuai dengan kuota yang ditetapkan Pemerintah.
"Di Jawa Timur sendiri Pertalite menjadi produk paling laris dengan konsumsi 12.265 kilo liter per hari. Ditopang dengan stok saat ini 140.673 kilo liter, penyaluran Pertalite masih aman 10 kali lipat lebih," ujar Ahad.
Sementaram Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menegaskan sesuai dengan Kepmen ESDM No 37.K/HK.02/MEM.M/2022, Pertalite merupakan Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP), sehingga perubahan dalam penyalurannya harus melalui kebijakan Pemerintah.
"Hingga saat ini kami masih menyalurkan Pertalite di semua wilayah sesuai dengan penugasan yang diberikan Pemerintah. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir," kata Irto.
Irto menambahkan bahwa Pertamina Patra Niaga selaku pihak yang menjalankan penugasan penyaluran BBM subsidi, berkomitmen untuk tetap mengikuti dan menjalankan semua kebijakan yang ditetapkan Pemerintah.
"Prinsipnya kami akan ikuti dan jalankan semua kebijakan Pemerintah," tutur Irto.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sempat membocorkan BBM pengganti Pertalite.
Luhut mengatakan pemerintah berencana menggunakan BBM campuran bahan sari tumbuh-tumbuhan tau menjadi bioetanol dengan tujuan menekan penggunaan bahan baku dari minyak fosil.
Saat disinggung mengenai kemungkinan Pertalite diganti dengan BBM jenis bioetanol, Luhut menyebut hal itu tidak menutup kemungkinan.
"Harus ke sana larinya,” ujar Luhut dalam acara Jakarta Future Forum: Blue Horizons, Green Growth, Sabtu (4/5/2024).
Lebih lanjut Luhut menjelaskan, ada banyak alternatif tumbuh-tumbuhan di Indonesia yang bisa diambil sarinya menjadi etanol sebagai campuran bahan bakar, di antaranya jagung, tebu, atau bahkan dari rumput laut.
Bahkan meski Pertalite nantinya akan digantikan dengan bioetanol yang punya oktan lebih tinggi, tapi pemerintah berusaha menyediakan subsidi, dan memperbaiki sistem penerimaan BBM tersebut agar lebih tepat sasaran.
"Ya, tetap subsidi. Lagi kami hitung, supaya begini, targetnya yang kami subsidi adalah orang yang pantas disubsidi," tuturnya.
Sejak tahun lalu Pertamina sudah merencanakan bahwa Pertalite RON 90 yang masuk kategori BBM subsidi akan digantikan dengan Pertamax Green 92 yang memiliki kandungan oktan lebih tinggi.
Munculnya wacana penghapusan Pertalite itu awalnya diungkapkan Direktur Utama Pertama Nicke Widyawati, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI tahun lalu.
Menurutnya, tujuan mengganti Pertalite untuk meningkatkan kadar oktan sudah sesuai dengan aturan Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kehutanan (KLHK), agar lebih ramah lingkungan meski statusnya subsidi.
“BBM subsidi kita naikkan dari RON 90 ke RON 92, karena aturan KLHK oktan number yang boleh dijual di Indonesia minimum 91," ujar Nicke. (rpi)
Load more