Pertumbuhan tersebut didorong oleh bea keluar mineral yang tumbuh enam kali lipat dari tahun sebelumnya, dampak implementasi kebijakan relaksasi mineral.
Namun terjadi penurunan bea keluar produk sawit sebesar 68,3 persen yoy akibat penurunan rata-rata harga minyak kelapa sawit (CPO) pada 2024 sebesar 11,16 persen yoy dari 911 dolar AS menjadi 809 dolar AS.
Volume ekspor produk sawit juga turun sebesar 11,36 persen yoy karena di Eropa tengah gencar diberlakukan larangan masuk untuk CPO.
Di sektor penerimaan cukai, terjadi perlambatan sebesar 0,5 persen yoy karena turunnya cukai hasil tembakau.
"Produksi hasil tembakau tumbuh, tapi tumbuhnya di golongan tarif rendah, yaitu golongan tiga. Golongan satu turun 3,0 persen yoy," papar Menkeu Sri Mulyani.
Ditambah, tarif efektif cukai tembakau saat ini mengalami tren penurunan, sama seperti yang terjadi pada 2023.
Sri Mulyani menyampaikan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) secara konsisten akan melakukan pengawasan dan penindakan rokok ilegal dengan jumlah lebih dari 4.000 penindakan.
Load more