"Di periode yang sama, transaksi kripto di Indonesia juga menyentuh Rp158,84 triliun,” tambah Tirta.
Kendati mengalami pertumbuhan yang signifikan, industri kripto Indonesia masih menghadapi banyak tantangan.
Hal itu juga disampaikan oleh Chief Compliance Officer (CCO) Reku dan Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kripto Indonesia (Aspakrindo) Robby bahwa industri kripto Indonesia masih menghadapi tantangan besar yakni kurangnya literasi tentang inklusivitas aset kripto.
Hal itu tercermin dalam riset yang diadakan Reku kepada 300 responden di Jawa-Bali tentang alasan masyarakat belum berinvestasi kripto.
Berdasarkan hasil riset tersebut, alasan utama masyarakat belum berinvestasi kripto adalah tingginya risiko (44 persen), disusul dengan tidak memahami fundamental (40 persen), tidak familiar dengan aset kripto (35 persen), banyaknya isu negatif (34 persen), dan fluktuasi harga yang tajam (31 persen).
“Ini menunjukkan aset kripto masih dianggap sebagai instrumen yang hanya cocok untuk investor dengan profil risiko yang tinggi. Padahal, setiap aset kripto memiliki karakteristiknya masing-masing,” ujar Robby.
Ia menambahkan terdapat aset kripto dengan fluktuasi yang tergolong landai, sehingga cocok untuk investor dengan profil risiko menengah. Ada juga strategi yang bisa dimanfaatkan oleh investor jangka panjang, misalnya staking.
Load more