Jakarta, tvOnenews.com - Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadikan limbah minyak jelantah sebagai bahan bakar jenis avtur untuk bahan bakar pesawat.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko di Jakarta baru-baru ini.
"Potensi selalu ada dan kami membuka semua potensi, tinggal nanti terkait keekonomiannya," kata Laksana Tri Handoko, Kamis (30/5/2024).
Handoko menuturkan, misi mengolah limbah minyak goreng bekas menjadi bahan bakar pesawat terbang bergantung dengan harga avtur di pasar.
Menurutnya, bila harga avtur tinggi, maka limbah minyak jelantah dapat menjadi sebuah komoditas yang menjanjikan.
"Tetapi yang penting kita harus menguasai semua teknologi dari semua alternatif itu, sehingga apapun yang terjadi kita siap," kata Handoko.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan potensi besar dari bahan bakar aviasi ramah lingkungan (sustainable aviation fuel/SAF).
SAF adalah pengganti bahan bakar pesawat atau avtur ramah lingkungan yang dibuat dari minyak jelantah atau used cooking oil.
Bahkan, Menko Luhut membidik keuntungan sebesar Rp12 triliun dari penjualan domestik dan ekspor SAF tersebut.
Hal itu disampaikan Menko Luhut melalui akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, Kamis (30/5/2024).
“Diestimasikan bahwa penjualan SAF secara domestik dan ekspor dapat menciptakan keuntungan lebih dari Rp12 triliun per tahun,” kata Menko Luhut.
Angka fantastis tersebut didapat setelah menghitung nilai ekonomi melalui kapasitas produksi kilang-kilang biofuel Pertamina.
Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi sudah melakukan uji coba statis yang sukses dari SAF untuk digunakan pada mesin jet CFM56-7B.
“Hal ini membuktikan bahwa produk mereka layak digunakan pada pesawat komersil,” kata Luhut.
Selain itu, pengembangan industri SAF akan menjadi pintu masuk investasi kilang biofuel dari swasta maupun BUMN.
Luhut menyadari, seiring meningkatnya aktivitas penerbangan, emisi karbon yang dihasilkan juga akan terus bertambah. Oleh sebab itu, intervensi untuk mengurangi emisi karbon menjadi penting.
“Dari berbagai data dan kajian, bisa saya simpulkan bahwa SAF adalah solusi paling efektif untuk mewujudkan masa depan penerbangan yang ramah lingkungan di Indonesia,” kata dia. (ant/rpi)
Load more