Jakarta, tvOnenews.com - Pertemuan negara - negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC bersama negara produsen minyak lainnya, OPEC+ telah menyepakati perpanjangan pemangkasan produksi minyak. Kesepakatan ini berpotensi mendorong kenaikan harga minyak bumi ke depan.
Delegasi negara - negara penghasil minyak dalam OPEC+, seperti dikutip Bloomberg, mengungkap kesepakatan ini dalam pertemuan OPEC+ yang digelar Minggu (2/6/2024) di Ritz Hotel, Riyadh, Arab Saudi.
Pemangkasan produksi minyak yang bersifat sukarela ini, akan dilakukan beberapa negara, termasuk Arab Saudi dan Rusia, dengan total pengurangan produksi sebesar 2 juta barel per hari. Kesepakatan awal yang semula berakhir bulan Juni 2024 ini, akan diperpanjang hingga ke akhir 2024.
Bahkan, sebelumnya kesepakatan untuk mengurangi produksi ini juga rencananya akan terus dilakukan hingga akhir tahun 2025.
Namun, Uni Emirat Arab yang banyak menghabikan investasi untuk mendongkrak poduksi minyaknya, telah diberi kuota untuk menambah kapasitas produksinya hingga 300 ribu barel minyak per hari mulai tahun depan.
Kesepakatan OPEC+ yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, dan bertujuan untuk menjaga stabilitas harga minyak dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, tekanan terhadap harga minyak dunia datang dari naiknya produksi minyak di Amerika Serikat lewat teknik shale, dan juga lemahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, terutama Cina.
Harga Minyak Dunia
Sebelumnya, harga minyak sempat melonjak hingga di atas level 90 dolar AS per barel pada bulan April 2024 lalu, akibat konflik di Timur Tengah yang dikhawatirkan akan mengganggu pasokan ekspor minyak.
Namun, setelah konflik Timur Tengah mereda, harga minyak dunia terus melemah. Pada Jumat (31/5/2024) kemarin, harga minyak mentah jenis Brent ditutup pada level 81,62 dolar AS per barel, atau turun 7,1 persen dalam sebulan.
Turunnya harga minyak ini memang membuat lega sejumlah negara karena mengurangi tekanan inflasi, namun hal ini mengancam penerimaan negara - negara produsen minyak seperti Arab Saudi.
Dari perhitungan IMF, Arab Saudi menginginkan harga minyak setidaknya berada di kisaran 100 dolar AS per barel untuk bisa memenuhi kebutuhan pendanaan dari proyek - proyek ambisius yang digagas oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Bersamaan dengan kesepakatan OPEC+, Pemerintah Kerajaan Arab Saudijuga telah merampungkan penjualan saham perusahaan minyak Saudi Aramco senilai 12 miliar dolar AS, atau sekitar Rp194,4 triliun. Dana penjualan saham ini akan digunakan untuk mendanai rencana transformasi ekonomi Arab Saudi. (AP)
Load more