New York - Harga minyak menetap lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pasar mempertimbangkan kekhawatiran pasokan dari kerusuhan di Kazakhstan dan penutupan produksi di Libya terhadap laporan pekerjaan AS yang meleset dari ekspektasi serta potensi dampaknya terhadap kebijakan Federal Reserve.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret merosot 24 sen atau 0,3 persen, menjadi berakhir di 81,75 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari jatuh 56 sen atau 0,7 persen, menjadi ditutup di 78,90 dolar AS per barel.
Namun demikian, Brent melonjak 5,2 persen dan WTI terangkat 4,9 persen untuk minggu pertama tahun ini, dengan harga mencapai level tertinggi sejak akhir November, didorong oleh kekhawatiran pasokan.
"Data ketenagakerjaan menyuntikkan tanda tanya ke mana kita akan pergi dari sini, dan ketakutan Omicron telah merayap kembali ke pasar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management.
Di kota utama Kazakhstan, Almaty, pasukan keamanan tampaknya mengendalikan jalan-jalan dan presiden mengatakan tatanan konstitusional sebagian besar telah dipulihkan, sehari setelah Rusia mengirim pasukan untuk memadamkan pemberontakan.
Protes dimulai di wilayah barat yang kaya minyak di Kazakhstan setelah batas harga pada butana dan propana dihapus pada Hari Tahun Baru.
Produksi di ladang minyak utama Kazakhstan, Tengiz, berkurang pada Kamis (6/1/2022), operator ladang tersebut Chevron Corp mengatakan, karena beberapa kontraktor mengganggu jalur kereta api untuk mendukung protes yang terjadi di seluruh negara Asia Tengah itu.
Load more