Klaten, Jawa Tengah - Setelah sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19, para perajin batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah kembali bangkit.
Media kayu yang digunakan adalah aneka perkakas dapur seperti gelas hingga telenan atau alat yang biasanya digunakan untuk alas memotong rempah-rempah.
"Di sini kita membuat batik kayu, yang bahan dasar medianya dari kayu. Bentuknya itu telenan beserta nampan atau peralatan rumah tangga lainnya," kata Sularto, salah satu perajin batik kayu, saat ditemui dirumahnya, Minggu (9/1/2022).
Sularto, mengungkapkan, proses awal membuat hiasan ini perajin harus menggambar pola dulu di atas telenan dengan corak batik.
Setelah itu diberi cairan malam dan dikunci dengan tawas agar tidak luntur. Proses akhir yakni pengeringan dan jadilah hiasan dinding bernilai artistik dan mempunyai nilai jual yang tinggi.
Sularto menjelaskan, memproduksi batik kayu sebagai inovasi mengikuti trend pasar, selain batik kain yang sudah lama berjalan bertahun tahun.
Dalam satu bulan, ia mampu memproduksi seribu pics batik kayu dengan pemasaran mayoritas pasar lokal seperti Jogja, Klaten, Solo, Bali hingga Jakarta.
"Sedangkan untuk pasar luar negeri yakni Jamaika, Australia dan Timur Tengah," ujarnya.
Ragam corak yang diminati pasar yakni batik klasik dan batik kontemporer. Untuk harga bervariasi dikisaran Rp80.000 sampai Rp100.000 tergantung ukuran barang.
Salah satu pembatik, Yatmi (45), mengaku telah lama menggeluti dunia membatik mulai dari media kain hingga kayu. Menurutnya, membatik dengan media kayu lebih sulit dari pada dengan kain.
"Ini membuat telenan batik, prosesnya dibatik diobati terus nanti direbus. Kesulitannya kalau malamnya gak keluar, sama cantingnya gak berbunyi. Jadi perlu kesabaran," imbuhnya. (Agus Saptono/Buz).
Load more