Jakarta, tvOnenews.com - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) turut mengomentari pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi terhadap dolar AS dalam beberapa waktu terakhir. Sejak pekan lalu, kurs rupiah terhadap dolar AS bahkan telah menembus level 16.400-an, yang merupakan level terendah sejak April 2020.
IMF menilai kondisi pasar valuta asing (valas) Indonesia masih relatif dangkal, dan membuat gejolak kurs berpotensi memicu arus keluar, dan lonjakan premi (imbal hasil) yang mengganggu stabilitas keuangan.
Hal tersebut terungkap dalam "2024 Article IV Consultation", atau laporan terbaru yang dirilis akhir pekan lalu, setelah utusan IMF yang dipimpin oleh Maria Gozalez, melakukan pertemuan dan konsultasi dengan otoritas keuangan dan moneter Indonesia pada 23 Mei - 6 Juni 2024 lalu.
"Dalam konteks pasar valas Indonesia yang dangkal, pergeseran sentimen pasar dapat memicu arus keluar dan lonjakan premi yang mengganggu stabilitas," tulis IMD dalam laporan terkininya tentang perekonomian Indonesia.
Oleh sebab itu, IMF menilai langkah intervensi tertentu yang dilakukan Bank Indonesia dalam kondisi tertentu dibutuhkan untuk memitigasi goncangan yang terjadi di pasar keuangan. "Penggunaan intervensi pasar valas mungkin tepat dalam kondisi tertentu untuk memitigasi goncangan tersebut," jelas IMF.
Indonesia, menurut IMF, perlu mempertahankan penyangga atau buffer untuk menghadapi fragmentasi geoekonomi, termasuk terhadap aliran modal dan harga komoditas. IMF juga menilai penyangga dalam bentuk cadangan devisa Indonesia saat ini masih cukup memadai.
Intervensi Bank Indonesia
Sebelumnya akhir pekan lalu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengaku bahwa bank sentral telah melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar rupiah. Bank Indonesia telah melakukan tindakan di bidang moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar setelah kurs rupiah anjlok ke level terendahnya dalam empat tahun lebih.
"Kami terus melakukan langkah untuk menjga stabilitas rupiah. Kami telah mengambil banyak upaya, baik melalui intervensi, menarik aliran modal... dan semuanya bisa berjalan dengan baik," jelas Perry Warjiyo akhir pekan lalu.
Selain langkah intervensi, Bank Indonesia juga telah menaikkan tingkat suku bunga acuan BI-Rates sejak April 2024. Kenaikan tingkat suku bunga ini dilakukan untuk mengantisipasi keluarnya dana asing menyusul meningkatnya gejolak di pasar keuangan global seiring dengan tertundanya penurunan suku bunga di Amerika Serikat.
Langkah preemptive Bank Indonesia ini diapresiasi oleh IMF sebagai upaya yang perlu dilakukan di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Kebijakan kenaikan suku bunga yang baru-baru ini dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) berupaya untuk menangkis potensi tekanan inflasi impor akibat depresiasi rupiah, dalam konteks meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," jelas IMF. (hsb)
Load more