Jakarta, tvOnenews.com - Susu gratis sebagai pelengkap dari Program Makan Bergizi Gratis untuk Anak yang dicanangkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Wapres Terpilih Gibran Rakabuming Raka, tampaknya akan menghadapi tantangan berat dalam realisasinya.
Terlebih jika hanya mengandalkan pasokan susu sapi segar dari dalam negeri, maka sulit dibayangkan bagaimana program ini nantinya bisa berjalan.
Berdasarkan data Publikasi Statistik Perusahaan Peternakan Sapi Perah 2023 yang dirilis BPS pada Rabu (19/6/2024), jumlah perusahaan peternakan sapi perah yang aktif di seluruh Indonesia hanya 34 perusahaan.
"Berdasarkan jenis kegiatan utama, terdapat dua perusahaan yang melakukan kegiatan pembibitan sapi perah, 26 perusahaan melakukan kegiatan budidaya sapi perah dan 6 lainnya merupakan perusahaan pengumpul susu sapi perah," tulis Badan Pusat Statistik dalam laporannya, dikutip Kamis (20/6/2024).
Perusahaan peternakan sapi perah paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 12 unit, diikuti oleh Provinsi Jawa Timur (7 unit), Provinsi Jawa Tengah (6 unit), dan Provinsi Sumatera Barat (4 unit).
Sisanya berada di Provinsi Sumatera Utara (2 unit), Provinsi Lampung (1 unit), Provinsi DI Yogyakarta, (1 unit), dan Provinsi Kalimantan Timur (1 unit).
Stok sapi perah betina per 31 Desember 2023 di Indonesia hanya 28.088 ekor. Menurut kelompok produktivitas, 42,39 persen dari populasi sapi perah betina diantaranya belum berproduksi.
Sedangkan 46,84 persen sedang berproduksi/laktasi dan 10,72 persen sedang dalam keadaan kering serta 0,02 persen sudah tidak berproduksi lagi.
Maka, produksi susu segar yang dihasilkan oleh sapi betina produktif selama tahun 2023 sebanyak 123,90 juta liter atau 3,64 juta liter per perusahaan.
Meski angka produksi susu tersebut naik 1,57 persen dari tahun 2022, tetapi tentu tidak akan bisa memenuhi kebutuhan program susu gratis Prabowo-Gibran.
Infografis: Perusahaan peternakan sapi perah di Indonesia tahun 2023. (BPS)
Sebab, program susu gratis yang akan diterapkan secara bertahap mulai 2025 itu diarahkan kepada sedikitnya 20% siswa atau setara 16,58 juta anak dari total 82,9 juta anak sekolah dan pesantren yang akan menjadi sasaran program.
Dari situ saja, bisa diperhitungkan kebutuhan program susu gratis untuk 2025 saja akan mencapai sekitar 756,46 juta liter.
Jika dalam skala penuh atau 100% sampai tahun 2029, maka bisa diperkirakan bertambah mencapai 3,78 miliar liter. Oleh sebab itu, tidak mungkin susu segar dalam negeri yang hanya 123,90 juta liter (per 2023) dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam wawancara eksklusif bersama tvOne sebelumnya, Prabowo Subianto mengakui bahwa susu gratis memang akan sulit terealisasi sepenuhnya.
Menteri Pertahanan RI itu menyampaikan, alternatif untuk mengganti susu sebagai sumber protein dapat disesuaikan menurut tipologi dan sumber daya yang ada di setiap daerah.
Bukan tidak mungkin susu sapi dalam program makan bergizi tersebut digantikan dengan susu kerbau, kambing, atau telur.
"Masalah susu, kita akan lihat, ternyata tergantung daerahnya. Sebagai contoh di daerah Maluku Barat Daya, Pulau Moa, mereka itu banyak kerbau. Jadi susu kerbau di sana ada, dan cukup susu kerbau," kata Prabowo dalam wawancara eksklusif dengan tvOneNews, dikutip Sabtu (25/5/2024).
"Ada juga daerah-daerah yang banyak kambing, etawa dan sebagainya. Bisa dapat susu kambing," imbuhnya.
Prabowo melihat bahwa banyak sumber protein yang dapat menggantikan susu sapi. Salah satu alternatif utama yang mungkin akan diambil adalah pengadaan telur untuk menggantikan susu sapi.
Selain proteinnya lebih tinggi, Prabowo mengatakan bahwa harga telur juga jauh lebih murah ketimbang susu.
"Ternyata protein dan mineral dan zat-zat yang ada di telur itu lebih baik dari pada susu, kata para pakar cerita ke saya. Dan telur kita bisa jatuhnya lebih murah," kata Prabowo.
Pada prinsipnya, realisasi program susu gratis untuk anak sekolah belum tentu bisa diwujudkan secara menyeluruh.
Oleh sebab itu, Prabowo menyampaikan bahwa nantinya akan ada penyesuaian-penyesuaian untuk merealisasikan program Makan Bergizi Gratis untuk Anak-Anak tersebut.
"Kalau kita hitung nanti bahwa di suatu daerah susu itu mahal, karena mungkin sapinya kurang atau transportasinya mahal ya nanti kita konsentrasi pada telur, pada ikan, dan sebagainya," ucap Prabowo.
"Kita harus menyesuaikan rencana kita dengan tipologi dan kondisi daerah yang berbeda-beda, kita jangan satu pola untuk disama ratakan seluruh Indonesia. Ada daerah pegunungan, ada daerah pesisir, ada daerah pulau."
"Jadi kita harus selalu fleksibel, yang penting anak-anak kita dapat makan bergizi, saya kira itu tujuan kita," imbuhnya. (rpi)
Load more