Peningkatan ini tidak lepas dari pola musiman pasca-Lebaran dan kenaikan harga beberapa komoditas pertanian dan pertambangan unggulan Indonesia di pasar internasional, seperti teh, bijih besi, emas, tembaga, dan nikel.
Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan tertinggi, di antaranya, kapal, perahu, dan struktur terapung yang naik signifikan mencapai 204,23 persen; ampas/sisa industri makanan 49,09 persen; kakao dan olahannya 42,83 persen; kopi, teh serta rempah-rempah 41,73 persen; serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) naik 36,96 persen (MoM).
Sedangkan produk yang mengalami penurunan ekspor terdalam pada Mei 2024, di antaranya, lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang turun 14,32 persen dan bubur kayu turun 5,73 persen (MoM).
Zulkifli mengatakan, pada Mei ini China, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai mencapai 8,86 miliar dolar AS (Rp145,8 triliun) dengan kontribusi sebesar 42,39 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.
Sementara lonjakan kinerja di Mei ini (MoM) terjadi untuk ekspor nonmigas tujuan Qatar dengan kenaikan mencapai 1.434,77 persen, Jerman (86,03 persen), Turki (78,91 persen), Belanda (64,58 persen), dan Spanyol (56,50 persen).
Sebaliknya, penurunan kinerja ekspor nonmigas Indonesia terjadi ke sejumlah negara mitra dagang seperti Pakistan sebesar 23,55 persen; Italia (17,09 persen); Swiss (16,66 persen); Korea Selatan (16,42 persen), dan Meksiko (13,16 persen).
Secara kumulatif, total ekspor sepanjang periode Januari-Mei 2024 mencapai 104,25 miliar dolar AS (Rp1.716, triliun), turun 3,52 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Load more