Keberhasilan Dolas Songket
Lebih lanjut Cita menjelaskan, pengembangan kampung songket terinspirasi dari keberhasilan UMKM Dolas Songket. Sebelumnya, pada tahun 2014, Anita Dona Asri mendirikan UMKM Dolas Songket untuk memperjuangkan kelestarian songket Silungkang. Nama Dolas Songket sendiri merupakan gabungan dari nama Dona dan dua adiknya, yaitu Lastri dan Sepri.
Dona mengisahkan bahwa keahlian menenun songket telah dimiliki sejak duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar yang ia pelajari dari orangtua. Keahlian itu terus ditekuni dengan membuat usaha kecil-kecilan, hingga mampu membiayai studi di salah satu perguruan tinggi di Sumatra Barat sampai akhirnya lulus pada tahun 2010.
Setelah lulus, Dona memantapkan niat mendirikan Dolas Songket dengan modal awal Rp10 juta yang dibantu seorang kerabat pada tahun 2014. ”Sekarang saya memiliki teamwork profesional sebanyak 29 orang yang telah memiliki kemampuan menenun sejak usia remaja," jelasnya.
Dona menuturkan, produk yang ditawarkan saat ini juga bermacam-macam, mulai dari kain, sarung, kemeja pria dan gaun wanita, dengan harga bervariasi mulai dari Rp400 ribu-Rp3,5 juta.
Untuk pembelian dapat dilakukan di galeri Dolas Songket atau melalui media sosial dan marketplace. Alhamdulillah, per bulannya rata-rata ada 120 item terjual dengan peningkatan omzet sebesar 65 persen dibandingkan awal usaha,” ungkap dia.
Setelah mendirikan UMKM, Dona memiliki impian untuk membuat desanya sebagai destinasi wisata Kampung Songket. "Di desa saya ada sekitar 15 penenun lainnya dan kami intens berkomunikasi. Saya ingin songket silungkang dikenal lebih luas lagi hingga mancanegara. Dalam pikiran saya, wisatawan yang berkunjung ke desa kami nantinya tidak hanya membeli songket tetapi juga bisa mencoba menenun songket. Menurut saya, itu akan memberikan kesan mendalam,” ucapnya.
Load more