Selain dari tingkat defisit fiskal, kemampuan pemerintah untuk membiayai defisit dari penerbitan utang juga masih cukup kuat. Pasalnya, saat ini, tingkat rasio utang atau debt to GDP ratio Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan negara - negara lain.
Menko Airlangga menyebutkan pada tahun 2024, rasio utang pemerintah (debt to GDP ratio) hanya 38,26 persen dari PDB. Bahkan Dana Moneter Internasional IMF mengakui bahwa utang pemerintah Indonesia di 2024 di bawah 40 persen ini, masih jauh dari ambang batas aman di level 60 persen dari PDB.
Menko Airlangga membandingkan tingkat utang di Jepang dengan rasio utang terhadap PDB yang mencapai 254,6 persen, Singapura sebesar 162,5 persen, dan Yunani 158,8 persen. Menurutnya, tingkat rasio utang Indonesia jauh lebih baik jika dibandingkan dengan berbagai negara lainnya.
“Kenapa mereka utang besar? Karena bunganya negatif. Kemudian Amerika 123,3 persen utangnya. Jadi artinya dengan defisit mereka negara lain tinggi kita tidak perlu khawatir karena kita tetap di bawah 40 persen,” jelas Menko Airlangga.
Selain dari sisi defisit dan rasio utang, posisi Indonesia juga menunjukkan perbaikan dalam peringkat daya saing di tingkat global. Dalam indeks competitiveness index, daya saing Indonesia juga tercatat mengalami peningkatan peringkat. Menko Airlangga menyampaikan, peringkat daya saing Indonesia berhasil menduduki posisi ke-27 dari 67 negara pada 2024.
Load more