"Ukurannya pun jelas harga minyak sekarang masih tinggi, nilai tukar rupiah kita sekarang udah mulai turun," ujar imbuhnya.
Meski terjadi hal gejolak tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu survive karena didukung adanya peran UMKM yang cukup berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
"Kenapa survive? Ada tiga rumus postur pertumbuhan ekonomi kita itu didorong oleh konsumsi, investasi dan ekspor-impor. 53 persen itu konsumsi, 30 persen investasi, serta PDB kita 61 persen itu dari UMKM, dan UMKM ini punya kontribusi yang besar," ungkap Bahlil.
Ia menyebutkan UMKM sendiri berkontribusi sebesar 61 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) dan menyerap sekira 97 persen tenaga kerja lokal.
"Itulah kemudian kenapa menjadi alasan di tengah gempuran global ekonomi yang tidak menentu, fondasi ekonomi kita kuat, dan kontribusi UMKM ini dari tenaga kerja yang ada 130 juta di Indonesia, 120 juta (diantaranya) itu UMKM," kata Bahlil.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan Bank Dunia (World Bank) telah mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 menjadi 5,1 persen dari sebelumnya 4,9 persen.
“Bank Dunia baru saja menaikkan growth forecast Indonesia di tahun 2024 dari yang tadinya 4,9 persen menjadi 5,0 persen dan untuk tahun 2025 dari 4,9 persen menjadi 5,1 persen. Di tengah perekonomian dunia mengalami tekanan inflasi tinggi, inflasi Indonesia juga terus terjaga dalam rentang target sasaran di bawah 3 persen,” kata Airlangga.
Load more