Di sisi lain, penerimaan cukai hingga Mei 2024 tercatat sebesar Rp81,1 triliun, turun 12,6 persen yoy. Penurunan ini terutama disebabkan oleh:
- Pergeseran produksi cukai hasil tembakau: Terjadi pergeseran produksi golongan I cukai hasil tembakau, sementara golongan II dan III mengalami peningkatan.
- Penurunan tarif efektif cukai: Tren penurunan tarif efektif cukai berlanjut seperti tahun 2023.
- Kebijakan relaksasi pelunasan cukai: Kebijakan relaksasi pelunasan cukai juga berdampak pada penurunan penerimaan.
Meskipun bea masuk dan cukai mengalami kontraksi, penerimaan bea keluar justru menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 49,6 persen yoy, mencapai Rp7,7 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh implementasi kebijakan relaksasi ekspor mineral. Bea keluar komoditas tembaga tercatat sebesar Rp6,13 triliun atau tumbuh signifikan 1.135,5 persen yoy.
"Ini karena implementasi kebijakan relaksasi ekspor tembaga atau mineral, sambil menunggu pembangunan smelter," kata Sri Mulyani.
Namun, penurunan harga CPO membuat bea keluar produk sawit turun 67,6 persen yoy akibat penurunan rata-rata harga crude palm oil 2024 sebesar 9,32 persen yoy, dari 907 dolar AS per metrik ton menjadi 823 dolar AS per metrik ton.
Load more