Khususnya adalah kejahatan finansial yang bisa terjadi kepada siapa saja dan setiap saat lewat data-data privat yang semestinya dilindungi negara.
"Di dompet uang mungkin nggak hilang, tapi di bank bisa hilang. Ada risiko finansial di sana. Sering ada kejahatan-kejahatan orang dikirimi melalui WA akhirnya mobile bankingnya dikuasai, uangnya dikuras," ujar Aulia Postiera.
Tak hanya itu, risiko kerugian material sangat besar juga akan mengintai perusahaan-perusahaan dan lembaga.
Bagaimana tidak, server PDNS yang akibat serangan serangan ransomware menyimpan data ratusan instansi pusat dan daerah dari seluruh Indonesia.
Maka, praktis layanan yang dijalankan instansi pemerintahan dan lembaga baik untuk urusan internal dan layanan masyarakat, berisiko disalahgunakan dan rentan kejahatan.
Celakanya, belum ada kepastian siapa yang akan menjamin risiko-risiko yang akan dihadapi masyarakat nantinya.
"Belum juga risiko reputasi, terutama perusahaan. Ketika perusahaan mengelola data dari masyarakat dan terjadi kebocoran, sudah pasti kepercayaan itu turun dan itu bisa menghancurkan kredibilitas perusahaan," ungkap Aulia kepada Novel Baswedan.
Load more