Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat ini tengah dipusingkan dengan mundurnya perusahaan asal Jerman, yakni BASF dan Eramet dari Prancis yang batal investasi proyek smelter nikel di Indonesia.
Diketahui, BASF dan Eramet semestinya bakal menanamkan modal jumbo di proyek pabrik pemurnian bahan baku baterai kendaraan listrik Sonic Bay, Maluku Utara.
Menteri Arifin mengatakan, pemerintah saat ini sedang mencari investor baru untuk proyek smelter nikel yang terletak di Weda Bay, Halmahera Tengah, Malut tersebut.
“Kalau mundur, ya kami cari yang lain. Masih banyak yang mau,” ujar Menteri Arifin dikutip Sabtu (29/6/2024).
Menteri ESDM mengungkapkan bahwa BASF mundur dari proyek pemurnian Sonic Bay karena alasan sudah mendapatkan mitra lain untuk memasok kebutuhan industrinya. Namun, Arifin mengaku tidak mengetahui motif lain selain dalih tersebut.
“Dia (BASF) memutuskan untuk gak masuk ke Indonesia, mungkin dia (BASF) sudah (dapat pasokan) di tempat lain, tapi kami nggak tahu lah alasan di baliknya apa,” kata Arifin.
Saat disinggung mengenai pasar nikel yang menurun, Arifin menjelaskan saat ini memang terjadi penurunan permintaan nikel di pasar dunia dan melemahnya perekonomian global.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia sempat membantah adanya isu yang menyatakan bahwa dua perusahaan besar di Eropa itu batal melakukan investasi.
Bahlil mengungkapkan bahwa kedua perusahaan tersebut hanya menunda rencana investasi pada proyek Sonic Bay di Maluku Utara.
“Sementara (investasinya) bukan dicabut, tapi di-pending sementara," kata Menteri Bahlil di sela Pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Pengusaha Jasa Boga (APJI) periode 2024 -2029 di Jakarta, Kamis (27/6).
Bahlil mengaku bahwa pihaknya saat ini tengah berkomunikasi dengan BAS dan Eramet.
Menurutnya, kedua perusahaan raksasa tersebut bukan membatalkan, tetapi hanya menunda investasinya di Indonesia akibat turunnya pasar penjualan mobil listrik di Eropa.
Diketahui, BASF dan Eramet akan menananmkan modalnya di sektor hiliisasi baterai kendaraan listrik senilai 2,6 miliar dolar AS atau setara Rp42,7 triliun. Namun, keduanya memutuskan akhirnya untuk membatalkan rencana investasi setelah melakukan berbagai evaluasi. (ant/rpi)
Load more