Jakarta, tvOnenews.com - Ketidakpastian tentang rencana penurunan tingkat suku bunga di Amerika Serikat ternyata hanya berdampak di pasar keuangan. Kenyataaannya, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) justru memperkirakan ekonomi dunia tumbuh lebih cepat.
Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru ADB dalam Asian Development Outlook (ADO) yang baru dirilis Rabu (17/7/2024) dari Manila, Filipina. Dalam laporan ini, ADB justru lebih optimistis terhadap perekonomian dunia di tahun 2024 dan 2025.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia Pasifik justru dinaikkan dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,9 persen menjadi 5,0 persen, seiring dengan meningkatnya ekspor di kawasan dan kuatnya permintaan domestik. Sedangkan untuk tahun 2025, ekonomi Asia Pasifik diperkirakan tetap bisa tumbuh hingga 4,9 persen.
ADB menilai, bahwa kondisi fundamental negara di kawasan Asia Pasifik masih tetap kuat. Namun pembuat keibjakan disarankan untuk memperhatikan sejumlah faktor, mulai dari ketidakpasitan hasil pemilu di negara maju, kebijakan suku bunga, dan tensi geopolitik.
Ekonomi Cina sebagai negara dengan kontribusi terbesar negara berkembang di kawasan Asia Pasifik diperkirakan bisa bertahan dan tumbuh di level 4,8 persen di tahun 2024. Pemulihan konsumsi yang berlanjut dan kinerja ekspor yang lebih baik dari ekspektasi serta aktivitas industri akan menopang ekonomi Cina di tengah tekanan yang dihadapi sektor properti.
Sementara untuk kawasan Asia Selatan, ADB memperkirakan India akan bisa tumbuh hingga 7,0 persen di tahun fiskal 2024. Negara ini akan ditopang oleh perkembangan d sektor industri dan tingginya pertumbuhan sektor konstruksi.
Tingkat Inflasi
Di luar proyeksi pertumbuhan ekonomi yang membaik, ADB juga memperkirakan tingkat inflasi di kawasan Asia Pasifik akan bisa tetap terjaga dan melambat ke kisaran 2,9 persen. Meski ada kenaikan harga pangan dunia dan juga berlanjutnya suku bunga tinggi di Amerika Serikat.
Meski tingkat inflasi secara umum diperkirakan akan semakin terkendali pascapandemi Covid-19, ADB mewaspadai adanya tekanan inflasi dari bahan makanan di beberapa negara.
"Inflasi bahan makanan masih tinggi di Asia Selatan, Asia Tenggar, dan Kawasan Pasifik, terutama disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca dan adanya larangan ekspor makanan dibeberapa negara," demikian dikutip dari laporan ADB. (hsb)
Load more