Head Of Sustainability Division Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Rapolo Hutabarat, mengatakan penanganan masalah di sektor hulu sawit merupakan kunci keberlanjutan program biodiesel karena menyangkut ketersediaan bahan baku.
"Permasalahan ini harus segera diselesaikan, terutama dari sisi hulu. Banyak yang harus dikerjakan di sektor hulu, terutama karena inilah yang menentukan ada tidaknya bahan baku," katanya dalam Focus Group Discussion (FGD) bertemakan 'Biodiesel untuk Negeri' yang digelar oleh Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Sawit Setara.
Keberlanjutan program blending biofuel, seperti B40 dan peningkatan lebih lanjut ke B45 atau B50, sangat penting. Namun, keberhasilan program tersebut sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku di sektor hulu.
Aprobi berharap pemerintah dapat segera menyelesaikan permasalahan di sektor hulu agar Indonesia dapat mencapai cita-cita besar dalam industri sawit, termasuk target produksi CPO sebesar 100 juta ton pada tahun 2045.
Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Rino Afrino, menambahkan perlunya peningkatan produktivitas melalui langkah-langkah pembenahan sektor hulu.
Terdapat beberapa tantangan dalam peningkatan produktivitas sawit, di antaranya legalitas lahan di mana saat ini sekitar 3,4 juta hektar lahan sawit berada dalam kawasan hutan dan terancam hilang.
Selain itu, realisasi program peremajaan sawit rakyat (PSR) masih di bawah 10 persen dari target, yaitu 390 ribu hektar dari 2,4 juta hektar yang ditetapkan. (ant/rpi)
Load more