Ia menambahkan bahwa nilai dari 60 ton emas tersebut sekitar 4,5 miliar dolar AS atau setara Rp72,9 triliun (kurs Rp16.214) per tahun. Jika diasumsikan secara kasar, 60 ton emas per tahun yang hilang sejak tahun 1967 itu nilainya setara Rp4.155,3 triliun.
"Ini sesuatu yang sangat luar biasa, dengan kebijakan yang ada sekarang, ini terus didorong," jelasnya.
Airlangga menekankan pentingnya kebijakan hilirisasi dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini sejalan dengan visi besar Indonesia menuju tahun 2045, di mana diharapkan Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Ia menyebutkan bahwa hilirisasi smelter PTFI di Gresik adalah langkah besar dalam mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Airlangga menambahkan bahwa smelter PTFI di Gresik merupakan "the single largest refinery" di Indonesia dengan investasi mencapai Rp58 triliun atau 3,7 miliar dolar AS. Proyek ini diselesaikan tepat waktu dan menjadi salah satu investasi terbesar di sektor tersebut.
Sebelumnya, Airlangga meresmikan pengoperasian smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Gresik, Jawa Timur, pada Kamis (26/6).
Smelter PTFI adalah fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia yang memiliki kapasitas pemurnian mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Load more