Jakarta, tvOnenews.com - Kinerja sektor industrimanufaktur Indonesia kian terpuruk dalam empat bulan terakhir. Pada bulan Juli 2024, angka PMI industri manufaktur Indonesia bahkan mulai terkontraksi, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.
Hal ini terungkap dari angka Purchasing Manufacturing Index (PMI) Indonesa yang mengukur kinerja sektor manufaktur. Pada bulan Juli 2024, angka PMI Indonesia telah berada di level 49,3. (Angka PMI di bawah 50 menunjukkan kontraksi, sedangkan angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan).
Menurut data yang dirilis S&P global, angka PMI Indonesia yang sempat mencapai level 54,2 di bulan Maret 2024, secara gradual terus merosot di bulan April sebesar 52,9, dan Mei sebesar 52,1, serta bulan Juni sebesar 50,7.
Memburuknya angka PMI atau kinerja manufaktur di bulan Juli 2024 terutama disebabkan oleh melemahnya produksi atau output serta order yang terjadi di sektor industri manufaktur. Sementara langkah pemangasan jumlah karyawan kembali berlanjut.
Perusahaan - perusahaan yang disurvey mengungkapkan bahwa permintaan pasar cukup sulit, dan membuat penjualan turun untuk pertama kalinya dalam setahun terakhir.
Di tengah turunnya permintaan domestik, sektor manufaktur juga mengalami pelemahan ekspor, yang terutama disebabkan oleh terhambatnya aktivitas ekspor atau pengiriman barang ke luar negeri.
Survey terakhir menunjukkn bahwa rata - rata waktu pengiriman turun untuk pertama kalinya dalam tiga bulan. Penurunan ini terutama disebabkan adanya hambatan di rute pelayaran utama melalui laut merah akibat meningkatnya ekskalasi di Timur Tengah.
Ancaman PHK
Lebih lanjut dijelaskan, akibat adanya pelemahan permintaan, banyak perusahaan mulai mengurangi pembelian atau pemesanan bahan baku pada bulan Juli 2024. Penurunan ini merupakan yang pertama sejak Agustus 2021.
Seiring dengan turunnya order bahan baku, perusahaan juga melakukan pemangkasan jumlah karyawan atau PHK secara signifikan. S&P mencatat pegurangan karyawan atau PHK di Juli 2024 merupakan yang paling dalam sejak hampir tiga tahun terakhir.
Selain pengurangan karyawan secara langsung, laporan juga menunjukkan bahwa banyak kontrak karyawan yang tidak lagi diperpanjang setelah berakhirnya masa kontrak di Juli 2024.
Meski terdapat kontraksi, secara umum perusahaan masih tetap optimistis terhadap kondisi 12 bulan ke depan, yang terlihat dari adanya kenaikan indeks kepercayaan produsen. Perusahaan masih optimistis terhadap kinerja penjualan dalam setahun ke depan.
"Masih ada harapan bahwa pertumbuhan akan kembali terjadi, dimana perusahaan memiliki keyakinan tertinggi sejak Februari 2024 di tengah harapan bahwa penjualan dan kondisi pasar akan membaik dalam setahun ke depan," kata Direktur S&P Global Market Intelligence Paul Smith. (hsb)
Load more