Dari sisi eksternal, menurut Mahendra Siregar, perekonomian global secara umum terlihat melemah dengan inflasi termoderasi secara broad-based di tengah penurunan inflasi Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga kebijakan bank sentral AS atau Fed Funds Rate (FFR) sebanyak dua atau tiga kali di sisa tahun 2024.
Dia mengatakan di Eropa, indikator kebijakan pada pertemuan Juni 2024 menunjukkan bahwa perekonomian terus melemah sehingga bank sentral Eropa menahan suku bunganya.
Demikian juga di Tiongkok, menurut Mahendra Siregar, pertumbuhan ekonomi melambat didorong melemahnya permintaan domestik di sektor properti sehingga pemerintah dan bank sentral Tiongkok terus mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter.
Selain itu, tensi perang dagang dan tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika politik di Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden pada November 2024, serta perkembangan terkini di Timur Tengah dan Ukraina.
Di tengah kondisi pasar keuangan global yang bergerak mixed itu, OJK tetap mewaspadai faktor-faktor risiko yang berpotensi mempengaruhi sektor jasa keuangan ke depan, yaitu down side risk dari pelemahan perekonomian Tiongkok, tensi geopolitik yang masih sangat dinamis serta fluktuasi harga komoditas ekspor utama. (ant)
Load more